Rabu, 08 Februari 2017
Giliran Ketua GNPF-MUI Ustadz Bachtiar Nasir Dibidik dengan Kasus Pencucian Uang
[PORTAL-ISLAM] Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) Ustadz Bachtiar Nasir mendapat surat panggilan dari Bareskrim Polri untuk diperiksa hari ini, Rabu (8/22017), terkait TPPU (Tindak Pidana Pencucian Uang).
Dalam surat panggilan bernomor S. PGK/368/ISI/2017/Dit Tipideksus yang ditandatangani oleh Kepala Subdirektorat III TPPU Komisarus Besar Roma Hutajulu disebutkan:
"Hadir menemui penyidik…. Untuk didengar keterangannya sebagai Saksi dalam perkara dugaan tindak pidana pencucian uang dengan tindak pidana asal pengalihan kekayaan Yayasan kepada pembina, pengurus dan pengawas baik dalam bentuk gaji, upah, maupun honorarium, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan atau Pasal 5 dan atau Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan atau Pasal 70 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan…."
Ustadz Bachtiar mewakilkan kepada Tim kuasa hukum GNPF-MUI hari ini Rabu, 8 Februari 2017, mendatangi gedung Bareskrim Mabes Polri. Mereka menanyakan seputar pemanggilan Ketua Umum GNPF MUI Bachtiar Nasir.
Menurut Kapitra Ampera, kuasa hukum GNPF MUI, Tim kuasa hukum belum tahu kasus itu secara jelas. Apalagi pemanggilan itu terkait dengan kasus dugaan pencucian uang.
Sementara itu Direktur Tipideksus Bareskrim Polri, Brigjen Pol Agung Setya, belum bisa menyebutkan nama yayasan yang pernah dipimpin oleh Bachtiar Nasir terkait kasus ini.
Setelah Habib Rizieq Shihab dijadikan tersangka kasus penghinaan Pancasila oleh Polda Jawa Barat, menyusul kemudian Sekjen FPI Munarman telah ditetapkan sebagai tersangka penghinaan pengawal hukum adat Bali (pecalang) oleh Polda Bali, kini giliran Ketua GNPF-MUI ustadzuna Bachtiar Nasir.
ADA APAKAH SEMUA INI???
Hasbunallah wani'mal wakil... cukuplah Allah sebagai pelindung. Gusti Allah mboten sare.
SERUAN Kepada MUSLIM DKI Untuk MERAYAKAN HARI RAYA AL-MAIDAH 51 pada 15 FEBRUARI 2017
[PORTAL-ISLAM] Masya Allah... seruan yang luar biasa dari musisi Ahmad Dhani (Abu Al-Ghazali) kepada muslim DKI Jakarta untuk merayakan HARI RAYA AL-MAIDAH 51 tepat pada saat pencoblosan Pilkada DKI yang akan digelar pada Rabu 15 Februari 2017.
SERUAN ABU AL GHAZALI KEPADA MUSLIM DKI UNTUK MERAYAKAN HARI RAYA AL MAIDAH 51 PADA TANGGAL 15 FEBRUARI 2017
1. Sholat Subuh berjamaah di masjid
2. Berbusana layaknya Hari Raya Idul Fitri dengan busana putih putih.
3. Kumandangkan berbagai macam Sholawat di Masjid Masjid seluruh DKI.
4. Bagi yang mampu, membuat tenda di depan rumah untuk Hajatan Makan Pagi dan Makan Siang bagi anak anak Yatim Piatu.
5. Sholat Duha untuk Kemenangan ISLAM di DKI
6. Saling bersilaturahmi kepada Saudara Handai Tolan
7. Saling mengajak muslim untuk ke TPS dan coblos Gubernur Muslim
8. Sholat Dzuhur berjamaah
9. Berikan nasehat kepada Handai Tolan yang masih belum mendapat Hidayah Al Maidah 51
10. Jadikan Hari Tobat se DKI untuk Muslim yang masih Munafik
Ahmad Dhani, 8 Februari 2017
***
AYO UMAT ISLAM DKI, SAMBUT SERUAN MULIA INI.
ALLAHU KABAR!!!
(Sumber: fb)
SERUAN ABU AL GHAZALI KEPADA MUSLIM DKI UNTUK MERAYAKAN HARI RAYA AL MAIDAH 51 PADA TANGGAL 15 FEBRUARI 2017 1.Sholat...
Dikirim oleh Ahmad Dhani Prasetyo pada 7 Februari 2017
Gara-gara Dukung AHY, Puluhan SANTRI Demo Sekjen PBNU DICOPOT dari Jabatannya
[PORTAL-ISLAM] Belum genap seminggu sejak demonstrasi aneh di depan rumah Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, rupanya kejadian itu harus terulang lagi, namun kali ini dengan sasaran dan tujuan yang berbeda.
Siang tadi, Rabu 8 Februari 2017, puluhan orang yang mengaku berasal dari Aliansi Santri Indonesia berunjuk rasa di depan Kantor Pusat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Senen, Jakarta Pusat.
Dalam aksi yang digelar pukul 11.00 WIB, massa meminta PBNU memecat Helmy Faishal Zaini dari jabatan sebagai Sekretaris Jenderal PBNU.
Permintaan itu disuarakan pendemo, karena menilai mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu telah mencederai nama baik PBNU, dengan terang-terangan mendukung pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sylviana Murni di Pilkada DKI 2017.
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU), Isfah Abidal Azis menilai, massa yang berunjuk rasa di depan kantor PBNU adalah massa bayaran, karena mereka tidak bisa menjawab ketika ditanya berasal dari pesantren mana.
"Saya kira seperti itu (massa bayaran). Saya rasa mereka bukan santri dan tidak pernah di pesantren. Karena tidak bisa menyebutkan mereka dari pesantren mana, kami tanyakan beberapa prinsip terkait santri tidak bisa menjawab, akhirnya kami simpulkan mereka bukan santri. Yang putri juga begitu. Berkerudung, waktu kita tanya hal-hal yang sifarnya mendasar, mereka gak bisa jawab," ujarnya.
Karena itulah, sejumlah massa akhirnya diamankan petugas Kepolisian ke Polres Metro Jakarta Pusat untuk dimintai keterangan seputar aksi itu.
"Ditanya dari santri mana? Enggak tahu mereka, jadi kita amankan ke Polres untuk dilakukan pendataan. Ada lima orang," kata Wakapolres Metro Jakarta Pusat, AKBP Asep Guntur.
Jauh Sebelum Kasus di Kepulauan Seribu, Ahok Sudah Jadikan Surat Al-Maidah 51 Sebagai Lelucon
[PORTAL-ISLAM] Sidang kasus penistaan agama dengan terdakwa gubernur non aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sudah sampai sidang kesembilan pada Selasa (7/2/2017) kemarin.
Saksi ahli dari Komisi Fatwa MUI Dr. KH M Hamdan Rasyid menegaskan bahwa apa yang diucapkan Ahok terkait surat Al-Maidah ayat 51 di Kepulauan Seribu pada 27 September 2016 itu sudah jelas menistakan Al-Quran.
Dan ternyata jauh jauh sebelum kasus Kepulauan Seribu, surat Al-Maidah 51 sudah dijadikan bahan tertawaan oleh Ahok saat Rapat Pimpinan Pemprov DKI Jakarta pada 12 Oktober 2015.
Kita pasang WIFI: Surat Al Maidah 51, Passwordnya: KAFIR
Semua kemudian tertawa.
Allah SWT mengecam perilaku menjadikan agama sebagai bahan tertawaan.
وَذَرِ ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ دِينَہُمۡ لَعِبً۬ا وَلَهۡوً۬ا وَغَرَّتۡهُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَاۚ وَذَڪِّرۡ بِهِۦۤ أَن تُبۡسَلَ نَفۡسُۢ بِمَا كَسَبَتۡ لَيۡسَ لَهَا مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلِىٌّ۬ وَلَا شَفِيعٌ۬ وَإِن تَعۡدِلۡ ڪُلَّ عَدۡلٍ۬ لَّا يُؤۡخَذۡ مِنۡہَآۗ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ أُبۡسِلُواْ بِمَا كَسَبُواْۖ لَهُمۡ شَرَابٌ۬ مِّنۡ حَمِيمٍ۬ وَعَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡفُرُونَ
"Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama sebagai main-main dan senda-gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Alquran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak (pula) pemberi syafaat selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusan pun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka, disebabkan perbuatan mereka sendiri. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan adzab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu." (QS al-An’am: 70).
Berikut videonya:
Paparan di Jambore Mahasiswa: Kejahatan Ekonomi SBY, Kok BLBI dan PROYEK MONOREL?
[PORTAL-ISLAM] Gambar di atas adalah capture salah satu slide paparan pada acara Jambore Nasional Mahasiswa di Cibubur 4-6 Februari 2017, yang dibuka oleh menteri Kabinet Jokowi dan dihadiri Kepala Staf Kepresidenen Teten Masduki, politisi PDIP Adian Napitupulu, juga Fadjroel Rahman relawan Jokowi yang sekarang dapat kursi komisaris BUMN.
Jambore ini berujung pada demo di rumah mantan Presiden SBY.
Kita soroti tentang paparan "Kejahatan Ekonomi SBY" yang disampaikan dihadapan mahasiswa (entah siapa yang presentasi). Paparan ini bisa dibilang lucu, bodoh, hoax atau fitnah.
Kok BLBI dan PROYEK MONOREL malah dituduhkan ke SBY?
(1) Kasus BLBI itu terjadi di jaman Presiden Megawati
Silahkan googling, anda akan menemukan puluhan terkait BLBI dan Megawati.
Salah satunya berita di merdeka.com ini:
Megawati dan Skandal Korupsi Ratusan Triliun
[Selasa, 1 Desember 2015]
Sedikitnya 48 bank mendapat kucuran dana segar senilai Rp 164 triliun dari Bank Indonesia yang disetujui oleh Soeharto. Namun sayang, dana pinjaman yang dikucurkan pemerintah justru tidak dilakukan untuk penyehatan bank dan menyelamatkan dana nasabah yang tersimpan.
Audit BPK menemukan fakta bahwa 95,78 persen atau senilai Rp 144,54 triliun berpotensi merugikan negara karena sulit dipertanggung-jawabkan. Tidak hanya itu, para bank yang menerima pinjaman juga tidak mau mengembalikan uang itu ke pemerintah. Kasus ini terus bergulir di Kejaksaan hingga satu dekade lebih.
Lalu di mana peran Megawati?
Mega saat itu juga dipusingkan dengan persoalan kasus hukum BLBI di Kejaksaan Agung yang sudah masuk dalam tahap penyidikan. Beberapa nama beken di bidang perbankan seperti Sjamsul Nursalim, David Nusawijaya, Samandikun Hartono, Jusup Kartadibrata dan Setiawan Harjono dicekal bahkan sudah ada yang ditetapkan sebagai tersangka BLBI.
Namun konglomerat ini mendapatkan angin segar pada tahun 2002. Mereka diampuni setelah diduga merampok duit rakyat triliunan rupiah oleh Kejaksaan Agung. Utang mereka dianggap lunas oleh negara.
Adalah Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang mengeluarkan Surat Keterangan Lunas para bankir yang mendapat kucuran dana BLBI. Bukan tanpa alasan BPPN keluarkan SKL, karena hal ini merujuk pada Surat Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2002 yang dikeluarkan oleh Megawati agar BPPN keluarkan SKL.
Berdasarkan Inpres Megawati yang juga Ketua Umum PDIP ini, para debitor tersebut tak perlu melunasi utangnya lagi. Dengan demikian, Kejaksaan Agung pun mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) bagi pihak-pihak yang menerima dana BLBI. Padahal menurut BPK, hanya lima persen dana BLBI yang digunakan untuk kepentingan penyehatan perbankan.
Sjamsul Nursalim, The Nin King, dan Bob Hasan memperoleh SKL dan sekaligus release and discharge dari pemerintahan Megawati. Para Penerima SKL BLBI berdasarkan penandatangan Master of Settlement and Acquisition Agreement (MSAA) di antaranya adalah Anthony Salim dari Salim Grup (mantan bos Bank BCA) yang nilai utangnya kepada pemerintah mencapai Rp 52,727 triliun.
Sedangkan Sjamsul Nursalim, pemilik Bank Dagang Nasional Indonesia, menerima kucuran BLBI sebesar Rp 27,4 triliun. Mohammad 'Bob' Hasan, pemilik Bank Umum Nasional dengan utang Rp 5,34 triliun juga menerima SKL.
KPK di bawah kepemimpinan Abraham Samad juga pernah menelisik keterlibatan pemerintahan Megawati dalam penerbitan SKL di skandal BLBI. Namun setelah Samad ditetapkan sebagai tersangka pemalsuan dokumen oleh Polri, kasus ini menguap.
Link: https://www.merdeka.com/khas/megawati-terjerat-skandal-korupsi-ratusan-triliun.html
(2) PROYEK MONOREL
Proyek Monorel itu tiang pancang pertamanya diresmikan Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 14 Juni 2004.
Silahkan baca: http://www.beritasatu.com/megapolitan/167169-lagi-proyek-monorel-terancam-mangkrak-karena-kekurangan-modal.html
Bahkan pada hari Rabu, 16 Oktober 2013, Gubernur DKI Jakarta "MELANJUTKAN" proyek tersebut dengan melakukan "peletakan batu pertama proyek monorel" di jembatan Tugu 66, Kuningan, Jakarta Selatan.
Siapa Gubernur DKI, waktu itu? pinteerrrr... iya Pak Jokowi :)
Baca ini:
Ngebor Tiang Pancang, Jokowi Resmikan Pembangunan Monorel
http://news.liputan6.com/read/721069/ngebor-tiang-pancang-jokowi-resmikan-pembangunan-monorel
Proyek Monorel yang diresmikian Jokowi inipun mangkrak lagi.
[Kompas]
Nasib Proyek-proyek Mangkrak yang Ditinggalkan Jokowi
JAKARTA, KOMPAS.com — Selama dua tahun pemerintahan Gubernur Joko Widodo di DKI Jakarta, beberapa proyek tercatat tidak dilanjutkan alias mangkrak. Proyek tersebut antara lain pembangunan monorel dan stadion di Taman BMW, Sunter, Jakarta Utara. Pembangunan dua proyek tersebut diresmikan langsung oleh Jokowi.
Link: http://megapolitan.kompas.com/read/2014/10/16/08170091/Nasib.Proyek-proyek.Mangkrak.yang.Ditinggalkan.Jokowi
LALU, bagaimana dengan judul paparan "Kejahatan Ekonomi SBY"?!
"Karena itu paparan adalah diperuntukkan mahasiswa, ya mestinya yang proporsional dong ah... buat juga paparan dengan judul yang sama untuk (mantan) Presiden lainnya... termasuk yang menjual INDOSAT dan Kapal Tanker VLCC - Pertamina...," kata aktivis sosial media Tara Palasara.
Mantan Staf SBY: KTP Ganda Bukan Hoax, Itu Hasil Penangkapan Bea Cukai dari Kiriman FedEx
[PORTAL-ISLAM] Akhir pekan lalu publik heboh dengan KTP ganda yang beredar di sosial media jelang Pilkada DKI Jakarta.
Viral di internet, gambar tiga e-KTP berjajar namun memuat foto wajah dari satu orang yang sama. Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyatakan foto ini adalah palsu.
"Berdasarkan hasil pelacakan Tim monitoring Pilkada Dirjen DukCapil, Ketiga foto ini #palsu krn menggunakan data milik orang lain," kata Tjahjo lewat akun Twitter @tjahjo_kumolo, Sabtu (4/2/2017) pukul 20.08 WIB.
Namun mantan staf khusus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Andi Arief menyatakan KTP ganda yang beredar itu bukan hoax. Tapi nyata hasil penangkapan petugas Bea Cukai dan FedEx. KTP ganda itu dikirim dari Kamboja dengan tujuan alamat Jakarta.Berdasarkan hasil pelacakan Tim monitoring Pilkada Dirjen DukCapil, Ketiga foto ini #palsu krn menggunakan data milik orang lain. pic.twitter.com/JFQiKeYPWn— Tjahjo Kumolo (@tjahjo_kumolo) 4 Februari 2017
"Ini bukti waktu penangkapan disaksikan Pegawai Fedex dan Bea cukai (lihat kanan bawah)," kata Andi Arief di akun twitternya, Selasa (7/2/2017).
Andi memperlihatkan foto KTP-KTP ganda yang berjejer.
Andi Arief menyatakan informasi terbongkarnya kiriman KTP ganda dari Kamboja diperoleh dari kawannya di FedEx.Ini bukti waktu penangkapan disaksikan Pegawai Fedex dan Bea cukai (lihat kanan bawah). pic.twitter.com/eBctocHLZ3— Andi Arief (@andiariefaa) 7 Februari 2017
Seperti diketahui Andi Arief pernah menjabat Komisari PT Pos Indonesia (2 Januari 2006 - 17 Juni 2009).
"Saya dulu komisaris PT Post. Kawan saya banyak. Mereka menunjukkan bukti kiriman FedEx dari kamboja isinya KTP/NPWP palsu," kata Andi.
Lebih lanjut Andi Arief mengatakan:
"Menurut Pegawai Fedex, kiriman KTP dari kamboja ditangkap petugas Bea cukai Jumat (3/2/2017) dinihari lalu, tujuan pengiriman juga jelas."
"KTP #banyak yang beredar di media itu hasil tangkapan kiriman melalui FedEx berasal dari kamboja, tujuan pengiriman warga di Jakut."
"Kalau depdagri, bawaslu, KPU tidak menindaklanjuti KTP #banyak ini, tugas rakyat dalam pilkada nanti Awasi penggunaan E KTP etnis tertentu."
"Saya perjelas, ini bukti pengiriman melalui FedEx KTP #banyak berasal dari kamboja, tujuan jakarta."
Andi Arief menunjukan form pengiriman. Disitu tertera:
Pengirim: ROBIN Phnom Penh Cambodia.
Penerima: LEO Jl. Taman Surya Kel. Pegadungan Jakarta 11830.
"Saya menyarankan Depdagri, KPU dan Bawaslu segera temui pihak Fedex dan bea cukai bandara. Gampang lakukan penyelidikan."
"Para wartawan harus membantu Depdagri, Bawaslu dan KPU. kirim reporter ke bea Cukai dan Fedex."
"Untuk kepentingan negara, Depdagri, KPU dn Bawaslu jangan malu menganulir pernyataan KTP ganda adalah Hoax. selidiki ke bandara, gampang."
"Dimana barang bukti KTP #banyak? Menurut kawan saya di Fedex, diserahkan ke Kasi Penindakan Bea Cukai Soekarno Hatta..Bapak Said namanya."
"KTP yang beredar kemarin terlalu gegabah dibilang editan, Ayo depdagri, KPU, Bawaslu bergerak, selamatkan Pilkada."
"Pilkada DKI 15 februari 2017 bisa terancam kecurangan akibat satu orang miliki banyak KTP dari etnis tertentu."
"Saya mendengar mendagri sudah mendapatkan info valid bahwa KTP #banyak yang beredar beberapa hari ini memang ada, bukan hoax. Alhamdulillah."
"Karena KTP #banyak faktanya ada dan faktanya dari Kamboja, tentu ini haris diantisipasi di pilkada atau kepentingan lain di luar pilkada."
"Penggunaan E KTP pada Pilkada harus betul-betul diawasi, tidak bisa KPU dan Bawaslu mengabaikan fakta kuat di lapangan yg ditemukan."
"Saya paham betul dan mengerti konsekuensi hukum apa jika saya menyebar hoax. Kapan saja polisi bisa menciduk saya jika saya menyebar hoax."
Ini foto yg beredar kemarin, kali ini plus NPWP palsu. Ayo depdagri, Bawaslu, KPU bergerak selamatkan pilkada DKI. pic.twitter.com/O158M970rm— Andi Arief (@andiariefaa) 6 Februari 2017
Ini saya upload foto dari kawan saya yang bekerja di Fedex sesaat setelah petugas Bea cukai bongkar kiriman. pic.twitter.com/kCdPdrpV1c— Andi Arief (@andiariefaa) 6 Februari 2017
Pesan Buat Pak Beye, Jangan Lagi Berdiri di Tengah Jalan Pak
JANGAN LAGI BERDIRI DI TENGAH JALAN, PAK.
Pak Beye,
Sewaktu bapak dan rombongan memutuskan berdiri di tengah jalan depan istana (tak ikut koalisi A/B), jalanan belum seramai sekarang. Mungkin saat itu pilihan yang tepat. Tidak ikut rombongan ke istana, tidak pula ikut rombongan seberang istana.
Bapak aman di tengah jalan. Tidak terusik kegaduhan rombongan seberang istana yang sibuk jungkir balik keluar masuk lorong pengadilan yang melelahkan. Invisible hand tidak tertarik menggelitik, mengusap, menampar, menonjok, menyeret rombongan yang berdiri di tengah jalan.
Saat tangan-tangan halus menarik rombongan sebarang jalan itu masuk ke dalam istana melewati rombongan bapak, bapak hanya memandang dengan tatapan biasa saja. Bapak masih merasa nyaman berada di tengah jalan. Bapak barangkali hanya prihatin melihat rombongan seberang istana yang hanya tersisa dua.
Jangan salah,Pak. Walaupun cuma tersisa dua rombongan tapi ternyata sangat diperhitungkan. Sebelum berpotensi menjadi ancaman, raja datang mengelus-elus kepala rombongan seberang istana. Bapak dilewati begitu saja. Walaupun secara teritorial tengah jalan lebih dekat dengan istana dibanding seberang istana, sikap netral bapak tidak dianggap sebagai ancaman
Tapi semakin lama bercokol di tengah jalan tentu tidak baik buat pemandangan. Jadi kalau mulai ada selebaran tak bertanggung jawab bukan karena bapak berbuat, tapi karena berdiri di tengah jalan menggangu pemandangan.
Gangguan mulai datang saat bapak mengelus jagoan yang tak lebih dan tak kurang anak biologis bapak. Sewaktu bapak bilang bukan cuma anak biologis tapi juga idiologis, justru itu ancamannya. Kalau cuma sekedar biologis tentu dianggap cuma anak ingusan. Begitu mulai naik di puncak, barulah mulai pada kegerahan.
Bapak minta diterima datang ke istana, buat apa? Bapak teralu keren buat mengemis seperti itu. Bapak minta bertemu raja, yang datang malah mahasiswa menghadiahkan sejumlah nasi bungkus. Makanya, maap maap kata nih. Bapak itu gagah, ganteng, berwibawa, makanya nggak heran kalau ada yang iri. Ganteng itu juga ancaman,Pak. Jangankan bapak, saya yang gantengnya cuma sebatas kamar tidur saja banyak yang iri.
Daripada berkeluh kesah di tengah jalan mending bapak pilih. Masuk ke dalam istana yang ramai dan sumpek itu atau ikut rombongan seberang istana yang walaupun jumlahnya tak banyak tapi masih bisa menghirup udara segar?
Sekarang jalanan depan istana sudah mulai ramai. Kemarin bapak kesenggol cuma lecet, itu baru permulaan. Akan banyak lagi kendaraan lewat dengan bobot yang lebih besar. Bapak kan sudah pernah lama berada dalam istana, ayo nyeberang ke seberang istana saja! Bukankah bapak kemarin mengeluh, mengatakan ditinggal sendirian? Di seberang jalan depan istana ada teman, walaupun tak banyak tapi keren, lebih dekat dengan rakyat. Cepat ambil keputusan.
Maap maap kata nih. Bukan ngomporin. Kalau masih juga ragu, sampai lebaran kuda bapak akan terus mengeluh.
08/02/2017
(Balya Nur)
Akhwat Bercadar Disuruh Buka Cadarnya Saat Razia Lalin, Dikira Teroris?
[PORTAL-ISLAM] Seorang akhwat bercadar yang bernama Maharani Hasan menceritakan apa yang dialaminya saat terkena razia lalulintas di kawasan BSD (Bumi Serpong Damai) Tangerang. Dia disuruh buka cadar. Untung akhwat ini type pemberani.
Berikut penuturannya yang ditulis di akun fb-nya, Selasa (7/2/2017).
Ada razia di BSD,
Dan sayapun kena disuruh minggir.
Setelah memperlihatkan semua kelengkapan surat2 berkendara, masih juga mobil ini kena diperiksa dalamnya.
Padahal kendaraan lain saya lihat hanya diperiksa surat2nya ajah.
Apa sih yg polisi2 ini fikir?
Saya teroris gituh?
Belum Lg rasa kesal ini hilang, tiba2 ada polisi GOBLOG yg bertanya : Bisa dibuka cadarnya Bu, untuk memastikan bahwa SIM ini adalah milik ibu?
KURANG AJAR !!
"Bapak dinas di kesatuan mana? Kita sama2 ke kantor polisi tempat Bpk bertugas saja, saya mau bertemu dng komandan Bpk, mau tanya apakah ada aturannya seperti ini"
Polisinya bisik2 antar mereka, trus balik lagi dan bilang, silahkan jalan Bu....
ASEM !!!
Ada razia di BSD, Dan sayapun kena disuruh minggir. Setelah memperlihatkan semua kelengkapan surat2 berkendara, masih...
Dikirim oleh Maharani Hasan pada 6 Februari 2017
Survei Terbaru: Anies-Sandi Melejit Jauh Tinggalkan Ahok-Djarot
[PORTAL-ISLAM] Lembaga Survey & Polling Indonesia (SPIN) merilis hasil riset terbarunya terkait elektabilitas pasangan calon peserta Pilkada DKI 2017.
Survei dilaksanakan pada 24-26 Januari dengan medote multistage random sampling, dengan jumlah sampel 1102, tingkat kepercayaan (confidence level) 95%, margin of error (confidence interval) 3%.
Sementara petahana Ahok-Djarot tertinggal cukup jauh di posisi kedua dengan 30,04 persen. Diikuti pasangan Agus-Sylvi dengan 24,95 persen.
“Dan hanya 3,27 persen yang masih belum menentukan,” ujar Direktur SPIN Igor Dirgantara saat merilis hasilnya, Rabu pagi (8/2), dikutip JPNN.
Igor menambahkan, hasil survei itu menunjukkan bahwa keunggulan pasangan Anies-Sandi sangat dipengaruhi solidnya dukungan pemilih warga DKI Jakarta. Terutama mereka yang saat Pilpres 2014 mendukung pasangan Prabowo-Hatta.
Sebanyak 72,01% pemilih Prabowo memilih Anies-Sandi. Ini membuktikan bahwa pemilih Prabowo cenderung setia dan loyal, sehingga mereka cenderung akan mengikuti pilihan Prabowo di pilgub
DKI yaitu Anies-Sandi.
Bandingkan dengan pemilih Jokowi, di mana hanya 54.30% yang mendukung Ahok-Djarot.
"Banyaknya pemilih Jokowi yang “lari” ke paslon no. urut 1 dan 3 juga bisa diindikasikan sebagai ketidakpuasan terhadap pemerintah," sebut rilis hasil survei.
Sementara dari hasil survei munculnya pasangan Agus-Silvy yang diusung poros Cikeas oleh partai-partai eks Koalisi Merah Putih (minus GERINDRA, PKS, dan GOLKAR) yang di awal dianggap akan memecah suara Anies-Sandi (kubu Prabowo), ternyata justru lebih banyak memecah suara Ahok-Djarot (kubu Pemerintah).
Selasa, 07 Februari 2017
Misteri Heli AW-101, Siapa yang Beli?
[PORTAL-ISLAM] Rencana pembelian helikopter Kepresidenan untuk Presiden Jokowi ramai setahun lalu. TNI AU mengusulkan AgustaWestland AW-101 versi VVIP, alasannya untuk menggantikan Helikopter Super Puma yang dinilai sudah uzur.
Rencana TNI AU tersebut menimbulkan polemik. Sejumlah pihak menanyakan kenapa tidak menggunakan helikopter buatan PT Dirgantara Indonesia saja? Toh, PT DI punya Helikopter EC-725 yang antipeluru dan bisa dimodif untuk mengangkut VVIP.
Presiden Jokowi pun merespons polemik yang beredar. Dia menolak membeli helikopter kepresidenan baru dan memilih tetap menggunakan yang lama.
“Dengan mempertimbangkan dan masukan, presiden memutuskan untuk tidak menyetujui AW-101. Kedua, kondisi keuangan saat ini pembelian heli dianggap tinggi. Presiden masih menggunakan heli yang ada” kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung saat itu.
Setelah lama tak terdengar kabarnya, tiba-tiba pembelian Heli AW101 ini mencuat kembali. Puncaknya saat Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengaku mendapat laporan kedatangan pesawat tersebut sekitar 5 hari lalu. Helikopter buatan Inggris-Italia itu kini sudah berada di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Komisi I DPR menanyakan masalah ini saat rapat dengan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan Menhan Ryamizard Ryacudu.
Jawaban Panglima TNI cukup mengejutkan. Gatot mengaku tidak tahu menahu soal pengadaan helikopter ini. Dia malah mengungkap soal peraturan Menhan No 28 tahun 2015 yang membatasi kewenangan Panglima TNI.
Aturan ini menghapus kewenangan Panglima TNI untuk memantau alur perencanaan pembelanjaan alutsista di masing-masing matra. Saat ini TNI AD, TNI AL, TNI AU langsung berkordinasi di bawah Kemhan.
“Kita pernah mengalami bagaimana (masalah pembelian) Helikopter AW-101. Sama sekali TNI tidak tahu. Mohon maaf bila ini kurang berkenan,” kata Gatot.
Namun Menhan Ryamizard juga membantah tahu soal pengadaan alutsista baru ini. Dia berkilah, awalnya rencana pengajuan pembelian pesawat AW 101 berasal dari Sekretaris Negara. Pesawat AW 101 ini diperuntukkan untuk pesawat Kepresidenan. Setelah ditolak, kini datang helikopter ke TNI AU dengan peruntukan sebagai helikopter angkut berat.
Menurut Ryamizard, anggaran pembelian pesawat itu telah dibayarkan oleh Kemenkeu untuk memfasilitasi rencana pengadaan pesawat VVIP Kepresidenan dari Setneg. Untuk itu, Ryamizard membantah anggaran yang dikeluarkan Kemenkeu atas nama Kementerian Pertahanan.
Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengaku telah membentuk tim investigasi pengadaan helikopter AgustaWestland 101. TNI AU berjanji akan mengusut tuntas pengadaan helikopter ini.
“Saya melaporkan bahwa saya akan melaksanakan investigasi yang sudah saya bentuk terhadap pengadaan AW-101. Jadi investigasi terdiri dari mulai dari perencanaan, pengadaan sampai dengan pengadaan itu mekanismenya bagaimana. Itu pun saya seizin Panglima TNI,” kata Hadi di Kantor Sekretaris Negara, Jakarta, Selasa, 7 Februari 2017.
Hadi membantah anggaran pengadaan helikopter itu digelontorkan Sekretaris Negara. Dia menjelaskan sumbernya anggaran Kemenkeu untuk TNI AU lewat Kementerian Pertahanan. TNI AU pun memastikan helikopter AW-101 akan digunakan untuk angkut berat bukan heli kepresidenan.
Menurut Hadi, kendati mendapat dukungan administrasi, Kementerian Pertahanan tidak mengetahui pengadaan helikopter AW-101. Kala itu, Kemhan hanya mendukung pengadaan pesawat VVIP.
“Jadi Kementerian Pertahanan tidak tahu kalau akan diadakan untuk pesawat angkut. Nah akhirnya ini (helikopter AW-101) menjadi pesawat angkut,” jelasnya.
Hadi menambahkan, hingga saat ini helikopter AW-101 belum digunakan. Dia juga memastikan, belum ada serah terima helikopter tersebut.
Menanggapi hal ini, Ketua Komisi I DPR RI Abdul Kharis Almasyhari menilai, lemahnya koordinasi sehingga timbul kesalahpahaman di antara pihak terkait.
“Berarti koordinasinya perlu ditingkatkan lagi. Koordinasi antara di kementerian, di eksekutif ini saya kira perlu ditingkatkan lagi lah. Sehingga jangan sampai muncul ada miss perception, ada miss understanding antara satu dengan yang lain,” kata dia di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 7 Februari 2017.
Jejak Soekarno, NU, dan Pondok Pesantren
Banyak yang bertanya tanya, apakah NU itu semacam ormas semangka ? Luar hijau tapi dalamnya merah.
Analogi ini mengacu pada kedekatan kaum nasionalis dengan nahdliyin sejak dulu. Kita tentu mengingat awal awal orde reformasi, Gus Dur sendiri menitipkan keponakannya untuk ditaruh di PDI P. Selain itu konsistensi NU dalam menyikapi masalah kebangsaan dari bingkai pluralisme, menjadi benteng terhadap gerusan ide-ide sectarian dan negara Islam. Tentu kita harus menarik garis merah sejarah bagaimana nasionalisme melalui Sukarno bisa bertautan dengan Islam.
Pada tahun 1930an, tulisan tulisan Sukarno tentang kebangsaan, sudah dibaca dan dikagumi di kalangan pesantren. Khususnya tulisan Sukarno “Mencapai Indonesia merdeka” yang memberikan obor semangat nasionalisme pada para santri. Sehingga walau tidak ada bukti kedekatan fisik antara Sukarno dan NU, namun dalam tingkat ide, pemikiran Sukarno bukan sesuatu yang asing bagi NU.
Ini menjelaskan artikel “ Riwayat singkat Nahdlatul Ulama “ dalam Majalah Gema Muslimin – yang dimuat Feb 1945 – menulis bahwa para santri di Tebu Ireng tahun 1930an sudah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya setiap hari kamis, setelah mata pelajaran terakhir.
Pada muktamar NU ke 25 di Surabaya tahun 1940, NU justru melihat Sukarno – yang saat itu dalam pembuangan – menjadi calon pemimpin Indonesia yang mumpuni jika Indonesia merdeka kelak. Saat itu dibuat semacam konvensi Presiden masa sekarang, yang dipimpin oleh KH. Mahfud Siddiq. Mereka berkumpul memilih nama-nama calon pemimpin yang muncul dari tokoh tokoh pergerakan Islam atau kebanggasaan.
Dari 11 ulama senior dalam pemilihan konvensi itu, 10 memilih Sukarno dan 1 memilih Hatta. Menarik mengapa justru Sukarno yang sekular yang terpilih, bukan Hatta yang dari permukaan tampak lebih Islami. Ada beberapa persamaan Sukarno dan NU. Sama sama Jawa Timur dan sama sama mencintai kebudayaan lokal, sehingga agama dan budaya bisa menjadi satu, menjadi Islam. Namun lebih dari itu, sejak lama NU mengamati tulisan tulisan Sukarno, dan khusus pada tulisan ‘ Nasionalisme, Islam dan Marxisme ‘, mereka terpukau bahwa Sukarno menawarkan titik temu antara nasionalisme dan Islam. Ini menunjukan kesamaan pola pikir, NU mempunyai metodologi yang nyaris sama. Gemar menyatukan dua hal yang tampaknya berbeda.
Jepang memiliki peran penting dengan menggabungkan kekuatan nasionalis dan Islam dalam satu badan. Sukarno dan KH. Hasyim Asya’ri diangkat Jepang menjadi pembesar di Jawa Hokokai, sebuah organisasi bentukan Jepang untuk memobilisasi pengabdian rakyat. Hal mana pada jaman Belanda, kaum Nasionalis dan Islam selalu berdiri sendiri sendiri. Walau Jepang sendiri tidak melihat bahwa Sukarno akan menjadi peran penghubung antara kelompok Islam dengan Jepang. Sehingga Jepang justru mendatangkan orang Jepang muslim, Haji Abdul Muniam Inada dan Haji Muhammad Saleh Suzuki untuk mendekati golongan Islam.
Dalam Jawa Hokokai, KH Hasyim Asya’ri, yang jugasebagai ketua Masyumi bentukan Jepang juga, banyak melihat bagaimana Sukarno secara pragmatis melakukan negoisasi dengan Jepang, Ketika 15 Agustus 1944, Soekarno berhasil membujuk Jepang untuk mengijinkannya membentuk Barisan Pelopor, sebuah organisasi nasionalis yang menggerakan para massa rakyat. Maka KH Hasyim Asya’ari juga meminta diijinkan membentuk barisan bersenjata sendir, yang diresmikan tgl 4 Desember 1944. Barisan massa Islam ini dinamakan Hisbullah yang artinya Barisan Tentara Allah.
Titik temu Sukarno dan NU terbentuk lebih intens saat rapat rapat BUPKI. Badan yang beranggotakan 62 orang itu, 15 diantaranya merupakan wakil golongan Islam, termasuk wakil NU KH. Masykur dan KH Wahid Hasyim. Dari mereka, Sukarno mengenal pesantren lebih dekat, karena mereka menunjukan simpati yang besar terhadap nasionalisme berdasarkan kerakyatan. Ini cocok dengan paham Sukarno yang nasionalis dan marhaen.
Dalam sidang BPUPKI berikutnya terjadi perdebatan keras antara kelompok Islam dan nasionalis sekuler. Sejak pidato Soepomo tgl 31 Mei 1945, Hatta sudah meminta agar agama dipisahkan dengan negara. Walau Soepomo menyinggung yang dimaksud negara dan agama bersatu padu, alasannya Islam itu sebuah sistem agama, sosial, politik yang bersanadar atas Al Qur’an sebagai sumber dari segala susunan hidup manusia. Dalam perdebatan itu, Sukarno menganjurkan kelompok yang mendukung negara Islam agar menjunjung agama Islam melalui permusyawaratan atau parlemen. Dengan kata lain, Islam tidak boleh diistimewakan (dilembagakan ) tapi diperjuangkan melalui parlemen ( DPR ). Bila sebagian besar mereka beragama Islam, maka Undang-undang yang dihasilkan merupakan undang undang yang sesuai dengan Islam. Apa yang diucapkan Sukarno kelak dikenal dengan hari lahirnya Pancasila. Munculnya rumusan Pancasila sebagai dasar negara, dikhawatirkan menimbulkan pertikaian seru, sehingga Sukarno mengambil inisiatif kompromi pada sidang tgl 22 Juni 1945.
Dari 38 orang anggota BUPKI yang berkumpul pada hari itu sepakat membentuk panitia kecil yang terdiri dari 9 orang. 4 dari golongan Islam (Wahid Hasyim, Agus Salim, Abi Kusno, Abdul Kahar Moedzakir), dan 5 dari golongan nasionalis (Sukarno, Hatta, AA Maramis, Achmad Subardjo dan M Yamin). Hasilnya mereka menghasilkan kesepakatan bersama yang dikenal dengan ‘Piagam Jakarta. Dalam Piagam Jakarta, terdapat rumusan prinsip Ketuhanan ditambahkan dengan kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya “.
Tanggal 17 Agustus sore, Hatta menerima kunjunganperwira AL Jepang yang menyampaikan keberatan penduduk Indonesia Timur yang mayoritas beragama Kristen, tentang pencantuman Piagam Jakarta dalam mukadimah UUD. Jika tidak diubah, mereka lebih suka berdiri diluar republik. Keesokan harinya tgl 18 Agustus, Hatta memanggil 4 anggota PPKI yang dianggap mewakili Islam. Ki bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, Teuku Hassan dan KH Wahid Hasyim. Semua sepakat demi menjaga keutuhan negeri yang baru berdiri ini. Sebagai gantinya KH Wahid Hasyim mengusulkan rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa, yang menggarisbawahi keesaan Tuhan (tauhid) yang tidak terdapat pada agama lain. Dengan demikian Indonesia tidak menjadi negara Islam tapi menjadi negara monoteis. Berpijak pada kenyataan sejarah, maka NU tidak pernah khawatir dengan sistem kenegaraan yang lebih mengedepankan kebangsaan daripada sectarian berbasis agama.
Dari kacamata NU, perdebatan itu mudah dipahami. Karena sejarah NU sendiri pada Muktamar ke 11 di Bandjarmasin, 9 Juni 1935. Pada saat itu NU telah memberikan status hukum negara Islam sebuah pengakuan terhadap negara Hindia Belanda yang saat itu masih dikuasai penjajah Belanda, Dengan logika ini, maka mempertahankan kemerdekaan dengan kesatuan persatuan, kedamaian, kerukunan menjadi sangat penting bagi NU, ketimbang bercita=cita mendirikan Khilafah Islamiyah. Dalam muktamar itu muncul pertanyaan, “Apakah nama negara kita menurut syariat Islam?” Keputusan Muktamar menyatakan: “Sesungguhnya negara kita Indonesia dinamakan negara Islam karena telah pernah dikuasai sepenuhnya oleh orang Islam. Walaupun pernah direbut oleh kaum penjajah kafir. Namun nama negara Islam tetap selamanya “Argumen fiqihnya diambil dari kitab Bughyatul Mustarsyidin pada bab Hudnah wal Imamah”.
Tak ada pertentangan prinsip antara Islam dan Pancasila. Sebagaimana pernyataan KH Sahal Mahfudz, bahwa mengimplementasikan syarat Islam tidak diperlukan formalisasi negara Islam. Islam bisa berkembang dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. Maka ada pepatah indah dari KH Muchid Muzadi, bahwa menjadi NU menjadi Indonesis.
Sebelumnya pada jaman Jepang, Wahid Hasyim pernah meminta Hatta untuk memimpin NU. Ini barangkali kepercayaan NU terhadap golongan nasionalis untuk memimpin organisasi agama. Hanya permintaan itu ditolak Hatta. Kompromi seperti menjadikan Indonesia tidak murni negara sekuler tapi juga tidak negara Islam. Dalam negara Pancasila yang didukung NU. Semua warga berhak menjalankan agamanya dan beridbadah sesuai agama dan kepercayaannya.
Salah satu pengakuan atas kontribusi NU dalam perjuangan kemerdekaan, dikemukakan Sukarno dalam pidatonya pada penutupan Muktamar NU di Solo tahun 1962. Pidato yang berjudul “Saya Cinta sekali pada NU“ menegaskan kontribusi nasionalisme dan sosialisme di Indonesia. Sukarno bahkan secara spesisik menerima nasehat politik dari KH Wahab Hasbullah bertalian dengan strategi melawan pendudukan Belanda di Irian Barat.
Strategi politik yang dicetuskan Kiai Wahab disebut “Cancut Tali Wondo” Kiai Wahab memang salah satu pendukung Sukarno yang gigih. Ia memang sudah mengagumi Sukarno sejak pertemuan di rumah HOS Cokroaminoto ketika mereka masih sama sama muda. Ia pernah mengatakan dalam pidatonya bahwa, Soekarno tanpa NO (Nahdlatoel Oelama) akan menjadi susah menjalankan program politiknya. Demikian juga Bung Karno tanpa NO (Nahdlatoel Oelama) akan mudah didongkel orang. Orang sering mengartikan NU bersikap oportunis, ketika Sukarno berkuasa. Ini dianggap sebagai balas budi ketika Sukarno memberikan dukungan atas ijtihad politik Kiai NU yang ingin lepas dari Masyumi dan memiliki partai politik sendiri. Padahal NU mengikuti Sukarno karena cita citanya dan ideologinya sama. Kenyataan NU tetap kritis terhadap kebijakannya, termasuk menjadi organisasi pertama yang meminta membubarkan PKI setelah tragedy 30 September.
NU menganut paham ahlussunah waljamaah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah (tawasuth) antara ekstrim aqli ( rasionalis) dengan ekstrem naqli ( skripturalis ). Karena sumber pemikiran NU tidak hanya al-Qur’an dan sunah tetapi juga mengedepankan kemampuan akal dengan realitas empiric. Cara berpikir semacam itu dirujuk dengan pemikir terdahulu seperti Abu Hassan Al-Asya’ri dan Abu Manur Al- Maturadi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fiqh lebih cenderung mengikuti mazhab Imam Syafi’I dan mengakui tiga mazhab lainnya. Hanafi, Maliki dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al- Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi yang mengintegrasikan antara tasawuf dan syariat.
Puncak hubungan NU dengan Sukarno terjadi setelah NU mendapat kursi wakil perdana Menteri, yakni Zainul Arifin dalam kabinet PM Ali Sastroamijoyo dari PNI. Kemudian akhir 1953, dalam konperensi para ulama di Cipanas. Pertemuan yang disebut Muktamar Alim Ulama se- Indonesia, memutuskan memberi gelar kepada Sukarno sebagai Waliyul Amri Dharuri Bis Syaukati. Kalau diterjemahkan, “pemerintah yang sekarang ini berkuasa (dan harus dipatuhi berdasarkan Surah 4 ayat 59).
Ulil amr adalah orang orang yang melaksanakan kekuasaan atau tanggung jawab atas keputusan atau penyelesaian urusan. Kekuasaan mutlak ada pada Allah SWT. Maka diharapkan pemerintahan biasa akan melakukan kebenaran, berlaku sebagai imam yang benar dan kita harus mematuhi kekuasaan itu. Ini artinya bahwa pemerintahan yang dipimpin Sukarno adalah sah menurut hukum Islam, sekaligus berhak mengangkat para pejabat yang berwenang untuk menangani urusan urusan yang menyangkut urusan Islam. Walaupun keputusan itu ditolak oleh beberapa ulama di luar NU, tapi memberikan legitimasi terhadap pemerintah Sukarno untuk menumpas pemberontakan DI/TII.
Keputusan makin diperlukan mengingat Masyumi tidak jelas, bahkan cenderung bersimpati kepada pemberontakan. Pembelaan KH Wahab Hasbullah, didasarkan bahwa beliau – Sukarno – bersembahyang dan perkawinannya secara Islam. Begitu juga beliau disumpah sebagai Presiden, secara Islam.
Abdurahman Wahid pernah menulis dalam bukunya bahwa pengukuhan Sukarno sebagai Waliyal Amri Dharuri Bis Syaukati merupakan keputusan berdasarkan hukum fiqih. Diakui Presiden tidak dipilih oleh ulama yang kompeten untuk itu (ahlul halli wal ‘aqdi ) sehingga tidak sepenuhnya memiliki keabsahan di hukum fiqih. Namun kekuasaannya harus tetap efktif, karena ia berkuasa penuh. Karena pemerintah menjalankan kepentingan umat Islam, melalui wewenang yang ada pada Menteri Agama, maka ulama harus memberikan penegasan tentang keabsahan pimpinan negara pada saat itu. NU adalah organisasi pertama yang menerima Pancasila. Lebih tepat disebut paling mudah menerima Pancasila. Hal ini didasarkan pada kaidah seperti “apa yang tidak bisa diraih semuanya, jangan ditinggal semuanya” (ma la yudraku kulluh, la yutraku kulluh) atau kaidah “ketika kita dihadapkan ada sebuah dilemma, pilihlah salah satunya dengan mempertimbangkan yang paling kecil dampak negatifnya”. Ini memungkinkan NU dengan entengnya memberi solusi atas kebuntuan yang dihadapi terutama dalam desakan pemerintah orba untuk menerima asas tunggal Pancasila. Ketika Pancasila ditawarkan sebagai ideologi negara dan NKRI adalah final, justru tidak diributkan oleh kalangan NU, karena konsep Indonesia yang majemuk sudah inheren dalam tubuh NU. Untuk itu buat apa berdebat terhadap sesuatu yang dimiliki NU.
Sejarah NU sama dengan sejarah Sukarno dalam mencintai Republik ini. Bedanya oleh NU selalu dikaitkan dengan kewajiban menjalankan tugas keagamaan. NU menyadari sepenuhnya bahwa pemerintahan Republik Indonesia hasil perjuangan seluruh rakyat Indonesia termasuk NU. Sehingga umat Islam tidak asing secara keagamaan dengan semangat perjuangan bangsa. NU dan Sukarno sama sama bahu membahu dalam membangun rumah Indonesia menjad i baldatun thayyibatun wa robbun ghafur, tempat dimana jamaah nahdliyin tinggal bersama sama dengan saudara sebangsa yang lain. Sesungguhnya ini bukan sekadar tanggung jawab konstitusional NU, melainkan jelas kewajiban yang melekat. Jika nasionalisme dijadikan landasan berpijak, maka antara Sukarno dan NU hendaknya diucapkan dalam satu denyut jantung. Selanjutnya tantangan ke depan adalah bagaimana memastikan bangsa dan negara tetap berdiri sebagaimana yang dicita citakan mereka.
Dalam sejarah perjalanan bangsa, NU selalu meletakan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan NU sendiri untuk memperjuangkan islam sebagai dasar negara. Kenyataan sejarah ini NU hingga sekarang tetap istiqomah mempertahankan 4 pilar bangsa. Sebagaimana yang disebut oleh Ketua Umumnya KH Said Agil Siradz , bahwa PBNU itu singkatan dari Pancasila, Bhineka, NKRI dan UUD 1945.
Analogi ini mengacu pada kedekatan kaum nasionalis dengan nahdliyin sejak dulu. Kita tentu mengingat awal awal orde reformasi, Gus Dur sendiri menitipkan keponakannya untuk ditaruh di PDI P. Selain itu konsistensi NU dalam menyikapi masalah kebangsaan dari bingkai pluralisme, menjadi benteng terhadap gerusan ide-ide sectarian dan negara Islam. Tentu kita harus menarik garis merah sejarah bagaimana nasionalisme melalui Sukarno bisa bertautan dengan Islam.
Pada tahun 1930an, tulisan tulisan Sukarno tentang kebangsaan, sudah dibaca dan dikagumi di kalangan pesantren. Khususnya tulisan Sukarno “Mencapai Indonesia merdeka” yang memberikan obor semangat nasionalisme pada para santri. Sehingga walau tidak ada bukti kedekatan fisik antara Sukarno dan NU, namun dalam tingkat ide, pemikiran Sukarno bukan sesuatu yang asing bagi NU.
Ini menjelaskan artikel “ Riwayat singkat Nahdlatul Ulama “ dalam Majalah Gema Muslimin – yang dimuat Feb 1945 – menulis bahwa para santri di Tebu Ireng tahun 1930an sudah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya setiap hari kamis, setelah mata pelajaran terakhir.
Pada muktamar NU ke 25 di Surabaya tahun 1940, NU justru melihat Sukarno – yang saat itu dalam pembuangan – menjadi calon pemimpin Indonesia yang mumpuni jika Indonesia merdeka kelak. Saat itu dibuat semacam konvensi Presiden masa sekarang, yang dipimpin oleh KH. Mahfud Siddiq. Mereka berkumpul memilih nama-nama calon pemimpin yang muncul dari tokoh tokoh pergerakan Islam atau kebanggasaan.
Dari 11 ulama senior dalam pemilihan konvensi itu, 10 memilih Sukarno dan 1 memilih Hatta. Menarik mengapa justru Sukarno yang sekular yang terpilih, bukan Hatta yang dari permukaan tampak lebih Islami. Ada beberapa persamaan Sukarno dan NU. Sama sama Jawa Timur dan sama sama mencintai kebudayaan lokal, sehingga agama dan budaya bisa menjadi satu, menjadi Islam. Namun lebih dari itu, sejak lama NU mengamati tulisan tulisan Sukarno, dan khusus pada tulisan ‘ Nasionalisme, Islam dan Marxisme ‘, mereka terpukau bahwa Sukarno menawarkan titik temu antara nasionalisme dan Islam. Ini menunjukan kesamaan pola pikir, NU mempunyai metodologi yang nyaris sama. Gemar menyatukan dua hal yang tampaknya berbeda.
Jepang memiliki peran penting dengan menggabungkan kekuatan nasionalis dan Islam dalam satu badan. Sukarno dan KH. Hasyim Asya’ri diangkat Jepang menjadi pembesar di Jawa Hokokai, sebuah organisasi bentukan Jepang untuk memobilisasi pengabdian rakyat. Hal mana pada jaman Belanda, kaum Nasionalis dan Islam selalu berdiri sendiri sendiri. Walau Jepang sendiri tidak melihat bahwa Sukarno akan menjadi peran penghubung antara kelompok Islam dengan Jepang. Sehingga Jepang justru mendatangkan orang Jepang muslim, Haji Abdul Muniam Inada dan Haji Muhammad Saleh Suzuki untuk mendekati golongan Islam.
Dalam Jawa Hokokai, KH Hasyim Asya’ri, yang jugasebagai ketua Masyumi bentukan Jepang juga, banyak melihat bagaimana Sukarno secara pragmatis melakukan negoisasi dengan Jepang, Ketika 15 Agustus 1944, Soekarno berhasil membujuk Jepang untuk mengijinkannya membentuk Barisan Pelopor, sebuah organisasi nasionalis yang menggerakan para massa rakyat. Maka KH Hasyim Asya’ari juga meminta diijinkan membentuk barisan bersenjata sendir, yang diresmikan tgl 4 Desember 1944. Barisan massa Islam ini dinamakan Hisbullah yang artinya Barisan Tentara Allah.
Titik temu Sukarno dan NU terbentuk lebih intens saat rapat rapat BUPKI. Badan yang beranggotakan 62 orang itu, 15 diantaranya merupakan wakil golongan Islam, termasuk wakil NU KH. Masykur dan KH Wahid Hasyim. Dari mereka, Sukarno mengenal pesantren lebih dekat, karena mereka menunjukan simpati yang besar terhadap nasionalisme berdasarkan kerakyatan. Ini cocok dengan paham Sukarno yang nasionalis dan marhaen.
Dalam sidang BPUPKI berikutnya terjadi perdebatan keras antara kelompok Islam dan nasionalis sekuler. Sejak pidato Soepomo tgl 31 Mei 1945, Hatta sudah meminta agar agama dipisahkan dengan negara. Walau Soepomo menyinggung yang dimaksud negara dan agama bersatu padu, alasannya Islam itu sebuah sistem agama, sosial, politik yang bersanadar atas Al Qur’an sebagai sumber dari segala susunan hidup manusia. Dalam perdebatan itu, Sukarno menganjurkan kelompok yang mendukung negara Islam agar menjunjung agama Islam melalui permusyawaratan atau parlemen. Dengan kata lain, Islam tidak boleh diistimewakan (dilembagakan ) tapi diperjuangkan melalui parlemen ( DPR ). Bila sebagian besar mereka beragama Islam, maka Undang-undang yang dihasilkan merupakan undang undang yang sesuai dengan Islam. Apa yang diucapkan Sukarno kelak dikenal dengan hari lahirnya Pancasila. Munculnya rumusan Pancasila sebagai dasar negara, dikhawatirkan menimbulkan pertikaian seru, sehingga Sukarno mengambil inisiatif kompromi pada sidang tgl 22 Juni 1945.
Dari 38 orang anggota BUPKI yang berkumpul pada hari itu sepakat membentuk panitia kecil yang terdiri dari 9 orang. 4 dari golongan Islam (Wahid Hasyim, Agus Salim, Abi Kusno, Abdul Kahar Moedzakir), dan 5 dari golongan nasionalis (Sukarno, Hatta, AA Maramis, Achmad Subardjo dan M Yamin). Hasilnya mereka menghasilkan kesepakatan bersama yang dikenal dengan ‘Piagam Jakarta. Dalam Piagam Jakarta, terdapat rumusan prinsip Ketuhanan ditambahkan dengan kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya “.
Tanggal 17 Agustus sore, Hatta menerima kunjunganperwira AL Jepang yang menyampaikan keberatan penduduk Indonesia Timur yang mayoritas beragama Kristen, tentang pencantuman Piagam Jakarta dalam mukadimah UUD. Jika tidak diubah, mereka lebih suka berdiri diluar republik. Keesokan harinya tgl 18 Agustus, Hatta memanggil 4 anggota PPKI yang dianggap mewakili Islam. Ki bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, Teuku Hassan dan KH Wahid Hasyim. Semua sepakat demi menjaga keutuhan negeri yang baru berdiri ini. Sebagai gantinya KH Wahid Hasyim mengusulkan rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa, yang menggarisbawahi keesaan Tuhan (tauhid) yang tidak terdapat pada agama lain. Dengan demikian Indonesia tidak menjadi negara Islam tapi menjadi negara monoteis. Berpijak pada kenyataan sejarah, maka NU tidak pernah khawatir dengan sistem kenegaraan yang lebih mengedepankan kebangsaan daripada sectarian berbasis agama.
Dari kacamata NU, perdebatan itu mudah dipahami. Karena sejarah NU sendiri pada Muktamar ke 11 di Bandjarmasin, 9 Juni 1935. Pada saat itu NU telah memberikan status hukum negara Islam sebuah pengakuan terhadap negara Hindia Belanda yang saat itu masih dikuasai penjajah Belanda, Dengan logika ini, maka mempertahankan kemerdekaan dengan kesatuan persatuan, kedamaian, kerukunan menjadi sangat penting bagi NU, ketimbang bercita=cita mendirikan Khilafah Islamiyah. Dalam muktamar itu muncul pertanyaan, “Apakah nama negara kita menurut syariat Islam?” Keputusan Muktamar menyatakan: “Sesungguhnya negara kita Indonesia dinamakan negara Islam karena telah pernah dikuasai sepenuhnya oleh orang Islam. Walaupun pernah direbut oleh kaum penjajah kafir. Namun nama negara Islam tetap selamanya “Argumen fiqihnya diambil dari kitab Bughyatul Mustarsyidin pada bab Hudnah wal Imamah”.
Tak ada pertentangan prinsip antara Islam dan Pancasila. Sebagaimana pernyataan KH Sahal Mahfudz, bahwa mengimplementasikan syarat Islam tidak diperlukan formalisasi negara Islam. Islam bisa berkembang dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia. Maka ada pepatah indah dari KH Muchid Muzadi, bahwa menjadi NU menjadi Indonesis.
Sebelumnya pada jaman Jepang, Wahid Hasyim pernah meminta Hatta untuk memimpin NU. Ini barangkali kepercayaan NU terhadap golongan nasionalis untuk memimpin organisasi agama. Hanya permintaan itu ditolak Hatta. Kompromi seperti menjadikan Indonesia tidak murni negara sekuler tapi juga tidak negara Islam. Dalam negara Pancasila yang didukung NU. Semua warga berhak menjalankan agamanya dan beridbadah sesuai agama dan kepercayaannya.
Salah satu pengakuan atas kontribusi NU dalam perjuangan kemerdekaan, dikemukakan Sukarno dalam pidatonya pada penutupan Muktamar NU di Solo tahun 1962. Pidato yang berjudul “Saya Cinta sekali pada NU“ menegaskan kontribusi nasionalisme dan sosialisme di Indonesia. Sukarno bahkan secara spesisik menerima nasehat politik dari KH Wahab Hasbullah bertalian dengan strategi melawan pendudukan Belanda di Irian Barat.
Strategi politik yang dicetuskan Kiai Wahab disebut “Cancut Tali Wondo” Kiai Wahab memang salah satu pendukung Sukarno yang gigih. Ia memang sudah mengagumi Sukarno sejak pertemuan di rumah HOS Cokroaminoto ketika mereka masih sama sama muda. Ia pernah mengatakan dalam pidatonya bahwa, Soekarno tanpa NO (Nahdlatoel Oelama) akan menjadi susah menjalankan program politiknya. Demikian juga Bung Karno tanpa NO (Nahdlatoel Oelama) akan mudah didongkel orang. Orang sering mengartikan NU bersikap oportunis, ketika Sukarno berkuasa. Ini dianggap sebagai balas budi ketika Sukarno memberikan dukungan atas ijtihad politik Kiai NU yang ingin lepas dari Masyumi dan memiliki partai politik sendiri. Padahal NU mengikuti Sukarno karena cita citanya dan ideologinya sama. Kenyataan NU tetap kritis terhadap kebijakannya, termasuk menjadi organisasi pertama yang meminta membubarkan PKI setelah tragedy 30 September.
NU menganut paham ahlussunah waljamaah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah (tawasuth) antara ekstrim aqli ( rasionalis) dengan ekstrem naqli ( skripturalis ). Karena sumber pemikiran NU tidak hanya al-Qur’an dan sunah tetapi juga mengedepankan kemampuan akal dengan realitas empiric. Cara berpikir semacam itu dirujuk dengan pemikir terdahulu seperti Abu Hassan Al-Asya’ri dan Abu Manur Al- Maturadi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fiqh lebih cenderung mengikuti mazhab Imam Syafi’I dan mengakui tiga mazhab lainnya. Hanafi, Maliki dan Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al- Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi yang mengintegrasikan antara tasawuf dan syariat.
Puncak hubungan NU dengan Sukarno terjadi setelah NU mendapat kursi wakil perdana Menteri, yakni Zainul Arifin dalam kabinet PM Ali Sastroamijoyo dari PNI. Kemudian akhir 1953, dalam konperensi para ulama di Cipanas. Pertemuan yang disebut Muktamar Alim Ulama se- Indonesia, memutuskan memberi gelar kepada Sukarno sebagai Waliyul Amri Dharuri Bis Syaukati. Kalau diterjemahkan, “pemerintah yang sekarang ini berkuasa (dan harus dipatuhi berdasarkan Surah 4 ayat 59).
Ulil amr adalah orang orang yang melaksanakan kekuasaan atau tanggung jawab atas keputusan atau penyelesaian urusan. Kekuasaan mutlak ada pada Allah SWT. Maka diharapkan pemerintahan biasa akan melakukan kebenaran, berlaku sebagai imam yang benar dan kita harus mematuhi kekuasaan itu. Ini artinya bahwa pemerintahan yang dipimpin Sukarno adalah sah menurut hukum Islam, sekaligus berhak mengangkat para pejabat yang berwenang untuk menangani urusan urusan yang menyangkut urusan Islam. Walaupun keputusan itu ditolak oleh beberapa ulama di luar NU, tapi memberikan legitimasi terhadap pemerintah Sukarno untuk menumpas pemberontakan DI/TII.
Keputusan makin diperlukan mengingat Masyumi tidak jelas, bahkan cenderung bersimpati kepada pemberontakan. Pembelaan KH Wahab Hasbullah, didasarkan bahwa beliau – Sukarno – bersembahyang dan perkawinannya secara Islam. Begitu juga beliau disumpah sebagai Presiden, secara Islam.
Abdurahman Wahid pernah menulis dalam bukunya bahwa pengukuhan Sukarno sebagai Waliyal Amri Dharuri Bis Syaukati merupakan keputusan berdasarkan hukum fiqih. Diakui Presiden tidak dipilih oleh ulama yang kompeten untuk itu (ahlul halli wal ‘aqdi ) sehingga tidak sepenuhnya memiliki keabsahan di hukum fiqih. Namun kekuasaannya harus tetap efktif, karena ia berkuasa penuh. Karena pemerintah menjalankan kepentingan umat Islam, melalui wewenang yang ada pada Menteri Agama, maka ulama harus memberikan penegasan tentang keabsahan pimpinan negara pada saat itu. NU adalah organisasi pertama yang menerima Pancasila. Lebih tepat disebut paling mudah menerima Pancasila. Hal ini didasarkan pada kaidah seperti “apa yang tidak bisa diraih semuanya, jangan ditinggal semuanya” (ma la yudraku kulluh, la yutraku kulluh) atau kaidah “ketika kita dihadapkan ada sebuah dilemma, pilihlah salah satunya dengan mempertimbangkan yang paling kecil dampak negatifnya”. Ini memungkinkan NU dengan entengnya memberi solusi atas kebuntuan yang dihadapi terutama dalam desakan pemerintah orba untuk menerima asas tunggal Pancasila. Ketika Pancasila ditawarkan sebagai ideologi negara dan NKRI adalah final, justru tidak diributkan oleh kalangan NU, karena konsep Indonesia yang majemuk sudah inheren dalam tubuh NU. Untuk itu buat apa berdebat terhadap sesuatu yang dimiliki NU.
Sejarah NU sama dengan sejarah Sukarno dalam mencintai Republik ini. Bedanya oleh NU selalu dikaitkan dengan kewajiban menjalankan tugas keagamaan. NU menyadari sepenuhnya bahwa pemerintahan Republik Indonesia hasil perjuangan seluruh rakyat Indonesia termasuk NU. Sehingga umat Islam tidak asing secara keagamaan dengan semangat perjuangan bangsa. NU dan Sukarno sama sama bahu membahu dalam membangun rumah Indonesia menjad i baldatun thayyibatun wa robbun ghafur, tempat dimana jamaah nahdliyin tinggal bersama sama dengan saudara sebangsa yang lain. Sesungguhnya ini bukan sekadar tanggung jawab konstitusional NU, melainkan jelas kewajiban yang melekat. Jika nasionalisme dijadikan landasan berpijak, maka antara Sukarno dan NU hendaknya diucapkan dalam satu denyut jantung. Selanjutnya tantangan ke depan adalah bagaimana memastikan bangsa dan negara tetap berdiri sebagaimana yang dicita citakan mereka.
Dalam sejarah perjalanan bangsa, NU selalu meletakan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan NU sendiri untuk memperjuangkan islam sebagai dasar negara. Kenyataan sejarah ini NU hingga sekarang tetap istiqomah mempertahankan 4 pilar bangsa. Sebagaimana yang disebut oleh Ketua Umumnya KH Said Agil Siradz , bahwa PBNU itu singkatan dari Pancasila, Bhineka, NKRI dan UUD 1945.
Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !
Jika Aliran Syiah Kafir, Mengapa Masih Boleh Di izinkan Berhaji?
Jika Paham Syiah Kafir, Mengapa Masih Diizinkan Berhaji?
Assalamu’alaykum.. Ustadz, apakah masih bolehnya orang syiah berhaji ke mekkah bisa menjadi dasar bahw syiah tidak kafir, krn orang kafir tdk boleh masuk mekkah. Apakah syiah zaidiyyah dan ja’fariyah masih bagian dari islam? Apakah syiah Rafidhah telah kafir secara mutlak? Mhn penjelasan. Syukron.
Dari: Abu Tsuraya
Jawaban:
Wa alaikumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Pertanyaan ini mungkin menjadi tanda tanya besar sebagian orang. Terutama yang pernah membaca berita tentang syiah. Jika memang syiah kafir, mengapa masih diizinkan untuk berhaji? Mengapa masih diizinkan untuk masuk masjidil haram? dst.
Dan mungkin karena alasan inilah, sebagian orang meragukan kekufuran syiah. Benarkah syiah itu kafir? Sebagian mengatakan kafir, sebagian belum tega menyatakan kafir. Namun, dengan munculnya perbedaan ini, setidaknya kita bisa mengambil kesimpulan, sejatinya kaum muslimin telah sepakat bahwa syiah adalah sesat. Hanya saja mereka berbeda pendapat, apakah kesesatan syiah sudah sampai pada tingkat layak dikafirkan ataukah belum. Ini bagian penting yang perlu kita catat.
Kita kembali pada inti pertanyaan, jika syiah kafir, mengapa syiah masih diizinkan untuk berhaji dan mendatangi tanah suci?
Ada beberapa pendekatan untuk menjawab pertanyaan ini,
Pertama, kaum muslimin sepakat bahwa syiah adalah sesat. Kami tidak perlu menyebutkan bukti akan hal ini, karena sudah terlalu banyak. Dan kesesatan syiah bertingkat-tingkat. Karena sekte syiah terpecah berkeping-keping menjadi sekian banyak sekte. Ada yang dianggap mendekati ahlus sunah, ada yang pertengahan, bahkan ada yang memiliki ajaran berbeda dengan berbagai prinsip ajaran islam.
Diantara sekte syiah yang dinyatakan paling dekat dengan ajaran islam dari pada sekte lainnya adalah syiah zaidiyah, yang banyak tersebar di Yaman. Sekte ini tidak mengkafirkan sahabat, dan banyak bersebarangan dengan sekte imamiyah di Iran. Karena itu ada sebagian orang yang menolak ketika zaidiyah disebut syiah. Zaidiyah sangat berbeda dengan syiah. (simak Al-Farq baina Al-Firaq, 1/15).
Disamping itu, tidak semua orang syiah paham tentang islam dan inti ajaran islam. Bahkan bisa jadi, sebagian besar hanyalah korban ideologi sesat. Sebagaimana layaknya PKI masa silam. Kita yakin, tidak semua para petani tebu paham apa itu komunis, tahunya hanya ikut kumpul-kumpul dan dipanasi untuk melawan pemerintah.
Kami menduga kuat, sebagian besar orang syiah hanya korban ideologi. Masyarakat syiah sampang, bisa jadi, mereka sama sekali tidak paham dan tidak tahu menahu apa itu syiah, apa itu aqidah imamiyah. Mereka hanya didoktrin: cinta ahlul bait.. cinta ahlul bait… dan selain kelompok mereka, divonis membenci ahlul bait.
Memahami latar belakang ini, Iran menjadi negara yang sangat eksklusif. Tidak semua chanel TV bisa diakses di Iran. Karena pemerintah sangat khawatir, masyarakatnya terpengaruh dengan dakwah islam yang disiarkan melalui TV satelit. Demikian informasi yang saya dengar dari salah seorang doktor dari Universitas Islam Madinah.
Karena itulah, perlu dirinci antara hukum untuk sekte dan hukum untuk penganut sekte. Para ulama membedakan antara hukum untuk sekte syiah dan hukum untuk penganut sekte syiah. Sekte syiah yang mengajarkan prinsip yang bertentangan dengan inti ajaran islam, seperti mengkafirkan Abu Bakar, Umar, dan beberapa sahabat lainnya. Atau menuduh A’isyah radhiyallahu ‘anha berzina. Sekte semacam ini dihukumi kafir. Karena dengan prinsip ini, menyebabkan orang menjadi murtad, keluar dari islam.
Demikian pula hukum untuk penganut syiah. Pendapat yang tepat dalam hal ini, tidak menyama-ratakan hukum mereka. Bisa jadi ada sebagian diantara mereka yang memahami bahwa ajaran syiah itulah islam. Seperti kesaksian 3 wanita syiah yang taubat di atas. Sejak lahir hingga besar, yang dia tahu bahwa islam adalah apa yang mereka dengar di lingkungannya.
Lebih dari itu, mereka yang datang ke tanah suci, tidak diketahui dengan pasti aqidahnya. Mereka datang dengan passport resmi negara. Dan akan sangat tidak memungkinkan untuk ngecek satu-satu aqidah setiap orang yang datang ke tanah suci. Bisa dipastikan, semacam ini tidak mungkin dilakukan.
Sebagai gambaran yang lebih mendekati, dukun termasuk sosok orang kafir yang gentayangan di manapun. Karena mereka mempraktekkan sihir. Dan di indonesia, dukun yang merangkap kiyai sangat banyak. Bahkan sebagian mereka menjadi pembimbing haji, karena punya banyak pengikut. Secara aturan, mereka terlarang masuk masjidil haram. Tapi bagaimana mereka bisa difilter??
Kedua, mengapa pemerintah Saudi tidak membuat pengumuman besar, syiah dilarang berhaji. Sehingga menjadi peringatan bagi mereka untuk tidak masuk masjidil haram.
Barangkali pertanyaan inilah yang lebih mendekati. Mengapa pemerintah Saudi tidak melarang dengan tegas orang syiah untuk tidak berhaji? Padahal mereka sempat bikin onar di makam Baqi’, dengan mencoba membongkar kuburan A’isyah.
Anak-anak syiah meneriakkan Labbaika ya Husain… (ganti dari labbaik Allahumma labbaik). Mereka mengambili tanah satu kuburan, yang disangka kuburan A’isyah. Mereka ingin membongkarnya, tapi diusir oleh Askar.
Mengapa mereka dibiarkan?
Pembaca yang budiman, anda bisa menilai kebijakan ini.
Pemerintah Saudi memahami bahwa Mekah dan Madinah, bukan semata urusan negara. Tapi urusan kaum muslimin sedunia. Mereka yang berhaji, yang datang ke tanah suci, tidak hanya muslim ahli tauhid, tapi pembela syirik yang mengaku muslim juga sangat banyak. Karena itulah, banyak situs haji yang disalah gunakan oleh pembela kesyirikan, tetap dibiarkan di Saudi. Pemerintah Saudi menggunakan prinsip toleran. Membongkar situs semacam ini, bisa jadi akan membuat banyak kaum muslimin marah, dan menimbulkan kekacauan. Sungguh aneh, ketika ada orang yang menuduh, pemerintah Saudi ingin menghancurkan kuburan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Penjelasan selengkapnya, bisa anda simak di: Fitnah Arab Saudi akan Menggusur Makam Nabi
Kemudian, sejatinya pemerintah Saudi menerapkan politik yang pernah diterapkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sekte syiah adalah sekte sesat. Terutama sekte Syiah Iran, yang mengkafirkan seluruh sahabat dan kaum muslimin. Mereka mayakini Al-Quran tidak otentik dan telah diubah. Bahkan salah satu tokohnya: At-Thibrisy, menulis satu buku untuk membuktikan bahwa Al-Quran yang dipegang kaum muslimin tidak otentik. Buku itu berjudul: فصل الخطاب في تحريف كتاب رب الأرباب [Kalimat pemutus tentang adanya penyimpangan dalam kitab Tuhan]. Dia menyebutkan berbagai sumber syiah untuk meyakinkan umat bahwa Al-Quran yang ada di tangan kaum muslimin telah dipalsukan sahabat. (Maha Suci Allah dari tuduhan keji mereka). Sementara itu, mereka memiliki prinsip taqiyah, berbohong untuk mencari aman. Sehingga tidak mungkin bisa ditangkap dengan bukti yang terang.
Di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, keadaan yang paling mirip dengan mereka adalah orang munafik. Ketika berkumpul bareng kaum muslimin, mereka sok muslim, ikut shalat jamaah, ikut jihad, menampakkan dirinya sebagaimana layaknya muslim. Begitu mereka kumpul dengan sesama munafik, baru mereka menampakkan kotoran hatinya, dan upayanya untuk menghancurkan islam. Allah berfirman tentang mereka,
وَيَقُولُونَ طَاعَةٌ فَإِذَا بَرَزُوا مِنْ عِنْدِكَ بَيَّتَ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ غَيْرَ الَّذِي تَقُولُ وَاللَّهُ يَكْتُبُ مَا يُبَيِّتُونَ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ وَكِيلًا
Mereka orang-orang munafik mengatakan: “(Kewajiban Kami hanyalah) taat”. tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, Maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. cukuplah Allah menjadi Pelindung. (QS. An-Nisa: 81)
Kita tidak boleh berpikiran, bisa jadi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak tahu siapa saja orang munafik. Kita tidak boleh berpikir demikian. Karena berarti kita suudzan kepada Allah. Bagian dari penjagaan Allah kepada Nabi-Nya adalah dengan memberikan informasi siapa saja musuh beliau, termasuk musuh dalam selimut, yaitu orang munafik. Allah menurunkan beberapa wahyu dan ayat yang menjelaskan siapa mereka. Ayat semacam ini diisitilah dengan ayat atau surat Fadhihah. (simak Tafsir At-Thabari 14/332, Ibn Katsir 4/171, dan Tafsir Al-Baghawi 4/7)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu siapa saja mereka, dan bahkan ada sahabat yang tahu siapa saja munafik di Madinah. Diantaranya adalah Hudzaifah ibnul Yaman. Beliau diberitahu oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa nama orang munafik di Madinah. Dan karena inilah, Hudzaifah digelari dengan Shohibu sirrin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (pemilik rahasia nabi).
Pertanyaan yang mendasar, mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat tidak mengusir orang munafik itu dari Madinah? Mengapa beliau tidak memerangi atau bahkan membiarkan mereka tetap berkeliaran di Madinah?
Umar berkali-kali menawarkan diri untuk membunuh gembong munafik Abdullah bin Ubay bin Salul. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu melarang beliau dan mengatakan,
دَعْهُ لَا يَتَحَدَّثُ النَّاسُ أَنَّ مُحَمَّدًا يَقْتُلُ أَصْحَابَهُ
“Biarkan dia, jangan sampai manusia berkomentar bahwa Muhammad membunuh sahabatnya.” (HR. Bukhari 4905, Muslim 2584, Turmudzi 3315, dan yang lainnya).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membunuh mereka, tidak mengusir mereka, dalam rangka menghindari dampak buruk yang lebih parah. Membiarkan mereka di keliaran di Madinah, dampaknya lebih ringan dari pada membantai mereka.
Anda tidak boleh mengatakan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membiarkan mereka keluar masuk masjid nabawi, itu bukti bahwa orang munafik BUKAN orang kafir. Kalau mereka bukan orang muslim, kan seharusnya mereka tidak boleh masuk tanah suci Madinah? Jelas ini adalah kesimpulan 100% salah.
Kebijakan itulah yang ditempuh pemerintah Saudi. Apa yang akan dikatakan muslim seluruh dunia ketika pemerintah Saudi melarang seluruh orang syiah Iran berangkat haji??
Dengan demikian, tidak ada hubungannya antara kehadiran syiah ke tanah suci dan keikut-sertaan mereka dalam ibadah haji, dengan status aqidah mereka yang dinilai kafir oleh para ulama.
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits
( Jangan BUTA Sejarah ) : PKI antara Tahun 1945 sampai 1965 di INDONESIA
Bismillaah Wal Hamdulillaah ...
Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata illaa Billaah ...
A. KRONOLOGIS
1. Tanggal 8 Oktober 1945 : Gerakan Bawah Tanah PKI membentuk API (Angkatan Pemuda Indonesia) dan AMRI (Angkatan Muda Republik Indonesia).
2. Medio Oktober 1945 : AMRI Slawi pimpinan Sakirman dan AMRI Talang pimpinan Kutil menteror, menangkap dan membunuh sejumlah pejabat pemerintah di Tegal.
3. Tanggal 17 Oktober 1945 : Tokoh Komunis Banten Ce’ Mamat yang terpilih sebagai Ketua KNI (Komite Nasional Indonesia) membentuk DPRS (Dewan Pemerintahan Rakyat Serang) dan merebut pemerintahan Keresidenan Banten melalui teror dengan kekuatan massanya.
4. Tanggal 18 Oktober 1945 : Badan Direktorium Dewan Pusat yang dipimpin Tokoh Komunis Tangerang, Ahmad Khoirun, membentuk laskar yang diberi nama Ubel-Ubel dan mengambil alih kekuasaan pemerintahan Tangerang dari Bupati Agus Padmanegara.
5. Tanggal 21 Oktober 1945 : PKI dibangun kembali secara terbuka.
6. Tanggal 4 November 1945 : API dan AMRI menyerbu Kantor Pemda Tegal dan Markas TKR, tapi gagal. Lalu membentuk Gabungan Badan Perjuangan Tiga Daerah untuk merebut kekuasaan di Keresidenan Pekalongan yang meliputi Brebes, Tegal dan Pemalang.
7. Tanggal 9 Desember 1945 : PKI Banten pimpinan Ce’ Mamat menculik dan membunuh Bupati Lebak, R. Hardiwinangun, di Jembatan Sungai Cimancak.
8. Tanggal 12 Desember 1945 : Ubel-Ubel Mauk yang dinamakan Laskar Hitam di bawah pimpinan Usman membunuh Tokoh Nasional Oto Iskandar Dinata.
9. Tanggal 12 Februari 1946 : PKI Cirebon di bawah pimpinan Mr.Yoesoef dan Mr.Soeprapto membentuk Laskar Merah merebut kekuasaan Kota Cirebon dan melucuti TRI.
10. Tanggal 14 Februari 1946 : TRI merebut kembali Kota Cirebon dari PKI.
11. Tanggal 3 - 9 Maret 1946 : PKI Langkat – Sumatera di bawah pimpinan Usman Parinduri dan Marwan dengan gerakan massa atas nama revolusi sosial menyerbu Istana Sultan Langkat Darul Aman di Tanjung Pura dan membunuh Sultan bersama keluarganya serta menjarah harta kekayaannya.
12. Tahun 1947 : Kader PKI Amir Syarifuddin Harahap berhasil jadi PM Republik Indonesia dan membentuk kabinet.
13. Tanggal 17 Januari 1948 : PM Amir Syarifuddin Harahap menggelar Perjanjian Renville dengan Belanda.
14. Tanggal 23 Januari 1948 : Presiden Soekarno membubarkan Kabinet PM Amir Syarifuddin Harahap dan menunjuk Wapres M Hatta untuk membentuk Kabinet baru.
15. Bulan Januari 1948 : PKI membentuk FDR (Front Demokrasi Rakyat) yang dipimpin oleh Amir Syarifuddin untuk beroposisi terhadap Kabinet Hatta.
16. Tanggal 29 Mei 1948 : M.Hatta melakukan ReRa (Reorganisasi dan Rasionalisasi) terhadap TNI dan PNS untuk membersihkannya dari unsur-unsur PKI.
17. Bulan Mei 1948 : Muso pulang kembali dari Moskow – Rusia setelah 12 (dua belas) tahun tinggal disana.
18. Tanggal 23 Juni – 18 Juli 1948 : PKI Klaten melalui SARBUPRI (Serikat Buruh Perkebunan Republik Indonesia) melakukan pemogokan massal untuk merongrong pemerintah RI.
19. Tanggal 11 Agustus 1948 : Muso memimpin FDR / PKI dan merekonstruksi Politbiro PKI, termasuk DN. Aidit, MH Lukman dan Nyoto.
20. Tanggal 13 Agustus 1948 : Muso bertemu dengan Presiden Soekarno dan diminta untuk memperkuat Perjuangan Revolusi, namun dijawab bahwa dia pulang untuk menertibkan keadaan, yaitu untuk membangun dan memajukan FDR / PKI.
21. Tanggal 19 Agustus 1948 : PKI Surakarta membuat KERUSUHAN membakar pameran HUT RI ke-3 di Sriwedari – Surakarta, Jawa Tengah.
22. Tanggal 26 – 27 Agustus 1948 : Konferensi PKI
23. Tanggal 31 Agustus 1948 : FDR dibubarkan, lalu Partai Buruh dan Partai Sosialis berfusi ke PKI.
24. Tanggal 5 September 1948 : Muso dan PKI nya menyerukan RI agar berkiblat ke UNI SOVIET.
25. Tanggal 10 September 1948 : Gubernur Jawa Timur RM Ario Soerjo dan dua perwira polisi dicegat massa PKI di Kedunggalar – Ngawi dan dibunuh, serta jenazahnya dibuang di dalam hutan.
26. Medio September 1948 : Dr. Moewardi yang bertugas di Rumah Sakit Solo dan sering menentang PKI diculik dan dibunuh oleh PKI, begitu juga Kol. Marhadi diculik dan dibunuh oleh PKI di Madiun, kini namanya jadi nama Monumen di alun-alun Kota Madiun.
27. Tanggal 13 September 1948 : Bentrok antara TNI pro pemerintah dengan unsur TNI pro PKI di Solo.
28. Tanggal 17 September 1948 : PKI menculik para Kyai Pesantren Takeran di Magetan. KH Sulaiman Zuhdi Affandi digelandang secara keji oleh PKI dan dikubur hidup-hidup di sumur pembantaian Desa Koco, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan. Di sumur tersebut ditemukan 108 (seratus delapan) kerangka jenazah korban kebiadaban PKI. Selain itu, ratusan orang ditangkap dan dibantai PKI di Pabrik Gula Gorang Gareng.
29. Tanggal 18 September 1948 : Kolonel Djokosujono dan Sumarsono mendeklarasikan NEGARA REPUBLIK SOVIET INDONESIA dengan Muso sebagai Presiden dan Amir Syarifoeddin Harahap sebagai Perdana Menteri.
30. Tanggal 19 September 1948 : Soekarno menyerukan rakyat Indonesia untuk memilih Muso atau Soekarno – Hatta. Akhirnya, Pecah perang di Madiun : Divisi I Siliwiangi pimpinan Kol. Soengkono menyerang PKI dari Timur dan Divisi II pimpinan Kol. Gatot Soebroto menyerang PKI dari Barat
31. Tanggal 19 September 1948 : PKI merebut Madiun, lalu menguasai Magetan, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Ngawi, Purwantoro, Sukoharjo, Wonogiri, Purwodadi, Kudus, Pati, Blora, Rembang dan Cepu serta kota-kota lainnya.
32. Tanggal 20 September 1948 : PKI Madiun menangkap 20 orang polisi dan menyiksa serta membantainya.
33. Tanggal 21 September 1948 : PKI Blitar menculik dan menyembelih Bupati Blora Mr. Iskandar dan Camat Margorojo – Pati Oetoro, bersama tiga orang lainnya yaitu Dr.Susanto, Abu Umar dan Gunandar, lalu jenazahnya dibuang ke sumur di Dukuh Pohrendeng Desa Kedungringin Kecamatan Tujungan Kabupaten Blora.
34. Tanggal 18 – 21 September 1948 : PKI menciptakan 2 (Dua) Ladang Pembantaian / Killing Fields dan 7 (Tujuh) Sumur Neraka di MAGETAN untuk membuang semua jenazah korban yang mereka siksa dan bantai :
a. Ladang Pembantaian Pabrik Gula Gorang Gareng di Desa Geni Langit.
b. Ladang Pembantaian Alas Tuwa di Desa Geni Langit.
c. Sumur Neraka Desa Dijenan Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Magetan.
d. Sumur Neraka Desa Soco I Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.
e. Sumur Neraka Desa Soco II Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.
f. Sumur Neraka Desa Cigrok Kecamatan Kenongomulyo Kabupaten Magetan.
g. Sumur Neraka Desa Pojok Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan.
h. Sumur Neraka Desa Bogem Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan
i. Sumur Neraka Desa Batokan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Magetan.
35. Tanggal 30 September 1948 : Panglima Besar Sudirman mengumumkan bahwa tentara Pemerintah RI berhasil merebut dan menguasai kembali Madiun. Namun Tentara PKI yang lari dari Madiun memasuki Desa Kresek Kecamatan Wungu Kabupaten Dungus dan membantai semua tawanan yang terdiri dari TNI, Polisi, pejabat pemerintah, Tokoh Masyarakat dan Ulama serta Santri.
36. Tanggal 4 Oktober 1948 : PKI membantai sedikitnya 212 tawanan di ruangan bekas Laboratorium dan gudang dinamit di Tirtomulyo Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
37. Tanggal 30 Oktober 1948 : Para Pimpinan Pemberontakan PKI di Madiun ditangkap dan dihukum mati, seperti Muso, Amir Syarifuddin, Suripno, Djokosujono, Maruto Darusman, Sajogo, dan lainnya.
38. Tanggal 31 Oktober 1948 : Muso dieksekusi di Desa Niten Kecamatan Sumorejo Kabupaten Ponorogo. Sedang MH Lukman dan Nyoto pergi ke pengasingan di Republik Rakyat China (RRC).
39. Akhir November 1948 : seluruh pimpinan PKI Muso berhasil dibunuh atau ditangkap, dan seluruh daerah yang semula dikuasai PKI berhasil direbut, antara lain : Ponorogo, Magetan, Pacitan, Purwodadi, Cepu, Blora, Pati, Kudus, dan lainnya.
40. Tanggal 19 Desember 1948 : Agresi Militer Belanda kedua ke Yogyakarta.
41. Tahun 1949 : PKI tetap tidak dilarang, sehingga tahun 1949 dilakukan rekontruksi PKI dan tetap tumbuh berkembang hingga tahun 1965.
42. Awal Januari 1950 : Pemerintah RI dengan disaksikan puluhan ribu masyarakat yang datang dari berbagai daerah seperti Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek, melakukan pembongkaran 7 (Tujuh) Sumur Neraka PKI dan mengidentifikasi para korban. Di Sumur Neraka Soco I ditemukan 108 kerangka mayat yang 68 dikenali dan 40 tidak dikenali, sedang di Sumur Neraka Soco II ditemukan 21 kerangka mayat yang semuanya berhasil diidentifikasi. Para korban berasal dari berbagai kalangan Ulama dan Umara serta Tokoh Masyarakat.
43. Tahun 1950 : PKI memulai kembali kegiatan penerbitan Harian Rakyat dan Bintang Merah.
44. Tanggal 6 Agustus 1951 : Gerombolan Eteh dari PKI menyerbu Asrama Brimob di Tanjung Priok dan merampas semua senjata api yang ada.
45. Tahun 1951 : Dipa Nusantara Aidit memimpin PKI sebagai Partai Nasionalis yang sepenuhnya mendukung Presiden Soekarno sehingga disukai Soekarno, lalu Lukman dan Nyoto pun kembali dari pengasingan untuk membantu DN Aidit membangun kembali PKI.
46. Tahun 1955 : PKI ikut Pemilu pertama di Indonesia dan berhasil masuk empat Besar setelah MASYUMI, PNI dan NU.
47. Tanggal 8 – 11 September 1957 : Kongres Alim Ulama Seluruh Indonesia di Palembang – Sumatera Selatan mengharamkan ideologi Komunis dan mendesak Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Pelarangan PKI dan semua mantel organisasinya, tapi ditolak oleh Soekarno.
48. Tahun 1958 : Kedekatan Soekarno dengan PKI mendorong Kelompok Anti PKI di Sumatera dan Sulawesi melakukan koreksi hingga melakukan pemberontakan terhadap Soekarno. Saat itu MASYUMI dituduh terlibat, karena Masyumi merupakan MUSUH BESAR PKI
49. Tanggal 15 Februari 1958 : Para pemberontak di Sumatera dan Sulawesi mendeklarasikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), namun pemberontakkan ini berhasil dikalahkan dan dipadamkan.
50. Tanggal 11 Juli 1958 : DN Aidit dan Rewang mewakili PKI ikut Kongres Partai Persatuan Sosialis Jerman di Berlin.
51. Bulan Agustus 1959 : TNI berusaha menggagalkan Kongres PKI, namun kongres tersebut tetap berjalan karena ditangani sendiri oleh Presiden Soekarno.
52. Tahun 1960 : Soekarno meluncurkan slogan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang didukung penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dengan demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari Pemerintahan RI.
53. Tanggal 17 Agustus 1960 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960 tertanggal 17 Agustuts 1960 tentang PEMBUBARAN MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) dengan dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.
54. Pertengahan Tahun 1960 : Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dengan keanggotaan mencapai 2 (dua) juta orang.
55. Bulan Maret 1962 : PKI resmi masuk dalam pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.
56. Bulan April 1962 : Kongres PKI.
57. Tahun 1963 : PKI memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dengan Malaysia, dan mengusulkan dibentuknya Angkatan Kelima yang terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih ”mempersenjatai rakyat untuk bela negara” melawan Malaysia.
58. Tanggal 10 Juli 1963 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal 10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), lagi-lagi hanya karena ANTI NASAKOM.
59. Tahun 1963 : Atas desakan dan tekanan PKI terjadi Penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain : KH. Buya Hamka, KH.Yunan Helmi Nasution, KH. Isa Anshari, KH. Mukhtar Ghazali, KH. EZ. Muttaqin, KH. Soleh Iskandar, KH. Ghazali Sahlan dan KH. Dalari Umar.
60. Bulan Desember 1964 : Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak) yang didirikan oleh mantan Pimpinan PKI, Tan Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.
61. Tanggal 6 Januari 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1 / KOTI / 1965 tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI MURBA, dengan dalih telah memfitnah PKI
62. Tanggal 13 Januari 1965 : Dua sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) menyerang dan menyiksa peserta Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan pelajar wanitanya, dan juga merampas sejumlah Mush-haf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injaknya.
63. Awal Tahun 1965 : PKI dengan 3 juta anggota menjadi Partai Komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. PKI memiliki banyak Ormas, antara lain : SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakjat, Gerwani, BTI (Barisan Tani Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) dan HSI (Himpunan Sardjana Indonesia).
64. Tanggal 14 Mei 1965 : Tiga sayap organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut perkebunan negara di Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dengan menangkap dan menyiksa serta membunuh Pelda Sodjono penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsi.
65. Bulan Juli 1965 : PKI menggelar pelatihan militer untuk 2000 anggotanya di Pangkalan Udara Halim dengan dalih ”mempersenjatai rakyat untuk bela negara”, dan dibantu oleh unsur TNI Angkatan Udara.
66. Tanggal 21 September 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965 tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI MURBA, karena sangat memusuhi PKI.
67. Tanggal 30 September 1965 Pagi : Ormas PKI Pemuda Rakjat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta.
68. Tanggal 30 September 1965 Malam : Terjadi Gerakan G30S / PKI atau disebut juga GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh) :
a. PKI menculik dan membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di Jakarta dan membuang mayatnya ke dalam sumur di LUBANG BUAYA – Halim, mereka adalah : Jenderal Ahmad Yani, Letjen R.Suprapto, Letjen MT Haryono, Letjen S. Parman, Mayjen Panjaitan dan Mayjen Sutoyo Siswomiharjo.
b. PKI juga menculik dan membunuh Kapten Pierre Tendean karena dikira Jenderal Abdul Haris Nasution.
c. PKI pun membunuh AIP KS Tubun seorang Ajun Inspektur Polisi yang sedang bertugas menjaga rumah kediaman Wakil PM Dr. J. Leimena yang bersebelahan dengan rumah Jenderal AH Nasution.
d. PKI juga menembak putri bungsu Jenderal AH Nasution yang baru berusia 5 (lima) tahun, Ade Irma Suryani Nasution, yang berusaha menjadi perisai ayahandanya dari tembakan PKI, kemudian ia terluka tembak dan akhirnya wafat pada tanggal 6 Oktober 1965.
e. G30S / PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang membentuk tiga kelompok gugus tugas penculikan, yaitu : Pasukan Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief, dan Pasukan Pringgondani dipimpin Mayor Udara Sujono, serta Pasukan Bima Sakti dipimpin Kapten Suradi.
f. Selain Letkol Untung dan kawan-kawan, PKI didukung oleh sejumlah perwira ABRI / TNI dari berbagai angkatan, antara lain :
- Angkatan Darat : Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro, Brigjen TNI Soepardjo dan Kolonel Infantri A. Latief
- Angkatan Laut : Mayor KKO Pramuko Sudarno, Letkol Laut Ranu Sunardi dan Komodor Laut Soenardi
- Angakatan Udara : Men / Pangau Laksyda Udara Omar Dhani, Letkol Udara Heru Atmodjo dan Mayor Udara Sujono
- Kepolisian : Brigjen Pol. Soetarto, Kombes Pol. Imam Supoyo dan AKBP Anwas Tanuamidjaja.
69. Tanggal 1 Oktober 1965 : PKI di Yogyakarta juga membunuh Brigjen Katamso Darmokusumo dan Kolonel Sugiono. Lalu di Jakarta PKI mengumumkan terbentuknya DEWAN REVOLUSI baru yang telah mengambil alih kekuasaan.
70. Tanggal 2 Oktober 1965 : Soeharto mnegambil alih kepemimpinan TNI dan menyatakan Kudeta PKI gagal dan mengirim TNI AD menyerbu dan merebut pangkalan udara Halim dari PKI.
71. Tanggal 6 Oktober 1965 : Soekarno menggelar Pertemuan Kabinet dan Menteri PKI ikut hadir serta berusaha melegalkan G30S, tapi ditolak, bahkan terbit Resolusi Kecaman terhadap G30S, lalu usai rapat Nyoto pun langsung ditangkap.
72. Tanggal 13 Oktober 1965 : Ormas Anshor NU gelar Aksi unjuk rasa Anti PKI di seluruh Jawa.
73. Tanggal 18 Oktober 1965 : PKI menyamar sebagai Anshor Desa Karangasem (kini Desa Yosomulyo) Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshor Kecamatan Muncar untuk pengajian. Saat Pemuda Anshor Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yang menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni, setelah keracunan mereka dibantai oleh PKI dan jenazahnya dibuang ke Lubang Buaya di Dusun Cemetuk Desa / Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Sebanyak 62 (enam puluh dua) orang Pemuda Anshor yang dibantai, dan ada beberapa pemuda yang selamat dan melarikan diri, sehingga menjadi saksi mata peristiwa. Persitiwa tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan kini oleh masyarakat secara swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.
74. Tanggal 19 Oktober 1965 : Anshor NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.
75. Tanggal 11 November 1965 : PNI dan PKI bentrok di Bali.
76. Tanggal 22 November 1965 : DN Aidit ditangkap dan diadili serta dihukum mati.
77. Bulan Desember 1965 : Aceh dinyatakan telah bersih dari PKI.
78. Tanggal 11 Maret 1965 : Terbit Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yang memberi wewenang penuh kepada Soeharto untuk mengambil langkah pengamanan Negara RI.
79. Tanggal 12 Maret 1965 : Soeharto melarang secara resmi PKI.
80. Bulan April 1965 : Soeharto melarang Serikat Buruh Pro PKI yaitu SOBSI.
81. Tanggal 13 Februari 1966 : Bung Karno masih tetap membela PKI, bahkan secara terbuka di dalam pidatonya di muka Front Nasional di Senayan mengatakan : ”Di Indonesia ini tidak ada partai yang pengorbanannya terhadap Nusa dan Bangsa sebesar PKI…”
82. Tanggal 5 Juli 1966 : Terbit TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani Ketua MPRS – RI Jenderal TNI AH Nasution tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan penyebaran paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme.
83. Bulan Desember 1966 : Sudisman mencoba menggantikan Aidit dan Nyoto untuk membangun kembali PKI, tapi ditangkap dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 1967.
84. Tahun 1967 : Sejumlah kader PKI seperti Rewang, Oloan Hutapea dan Ruslan Widjajasastra, bersembunyi di di wilayah terpencil di Selatan Blitar bersama kaum Tani PKI.
85. Bulan Maret 1968 : Kaum Tani PKI di Selatan Blitar menyerang para pemimpin dan kader NU, sehingga 60 (enam puluh) orang NU tewas dibunuh.
86. Pertengahan 1968 : TNI menyerang Blitar dan menghancurkan persembunyian terakhir PKI.
87. Dari tahun 1968 s/d 1998 : Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasinya dilarang di seluruh Indonesia dengan dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966.
88. Dari tahun 1998 s/d 2015 : Pasca Reformasi 1998 Pimpinan dan Angota PKI yang dibebaskan dari penjara, beserta keluarga dan simpatisannya yang masih mengusung IDEOLOGI KOMUIS, justru menjadi pihak paling diuntungkan, sehingga kini mereka meraja-lela melakukan aneka gerakan pemutar balikkan fakta sejarah dan memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN pejuang kemerdekaan RI.
B. ANALISA DAN KESIMPULAN
1. Sejak dibentuk kembali pada tanggal 21 Oktober 1945, PKI terus bangkit dan berkembang pesat melalui POLITIK MENGHALALKAN SEGALA CARA, mulai dari pembubaran Partai Islam dan Ormas Islam serta penangkapan para Tokohnya, hingga penculikan dan pembunuhan Ulama dan Umara.
2. Sejak dibentuk kembali PKI tetap selalu mengeksploitasi BURUH dan TANI dalam sepak terjangnya untuk mencapai tujuan-tujuan politik komunismenya.
3. PKI punya pengaruh kuat terhadap Presiden Soekarno hingga berhasil menekan Presiden membubarkan musuh-musuhnya seperti Partai Masyumi, Ormas GPII dan Partai Murba.
4. Kiblat Perjuangan PKI adalah UNI SOVIET, lalu mengembangkan hubungan dengan Komunis JERMAN dan RRT, sehingga PKI sejak lahir hingga dibubarkan tidak pernah memiliki ruh Kebangsaan Nusantara mau pun Nasionalisme Indonesia.
5. Pemberontakan PKI tahun 1948 dan tahun 1965 adalah bukti autentik tentang PENGKHIANATAN PKI terhadap Bangsa dan rakyat serta Negara Indonesia.
6. Sejak awal PKI didirikan lalu dibubarkan, kemudian dibentuk kembali hingga dibubarkan kembali TIDAK ADA sedikit pun Kontribusi PKI dalam perjuangan Kemerdekaan RI.
7. PKI berhasil merekrut PARAPERWIRA TNI yang berhaluan kiri dari berbagai angkatan untuk mengadu-domba mereka, serta membentuk pasukan khusus untuk melakukan teror dan pembunuhan, seperti Pasukan Cakrabirawa saat menculik dan membunuh para Jenderal Pahlawan Revolusi.
8. PKI bersifat KEJAM dan BIADAB sehingga tidak segan-segan membunuh Ulama, Santri, Jenderal hingga anak-anak, bahkan Kader NU yang merupakan Mitra PKI dalam NASAKOM diserang dan dibunuh juga.
9. PKI layak dan patut dilarang dan dibasmi di seluruh wilayah NKRI karena pengkhianatan dan kebiadabannya, sehingga sikap TNI dan NU sudah benar dalam menumpas PKI, begitu juga TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 sudah sangat tepat,
10. Soekarno bukan PKI, tapi sikap dan putusan kebijakannya banyak cenderung Pro PKI.
Laa Haula Wa Laa Quwwata illaa Billaah ...
[Habib Muhammad Rizieq Syihab] : http://www.suara-islam.com/read/index/15164/PKI---Tahun-1945-s-d-1965
Wa Laa Haula Wa Laa Quwwata illaa Billaah ...
1. Tanggal 8 Oktober 1945 : Gerakan Bawah Tanah PKI membentuk API (Angkatan Pemuda Indonesia) dan AMRI (Angkatan Muda Republik Indonesia).
2. Medio Oktober 1945 : AMRI Slawi pimpinan Sakirman dan AMRI Talang pimpinan Kutil menteror, menangkap dan membunuh sejumlah pejabat pemerintah di Tegal.
3. Tanggal 17 Oktober 1945 : Tokoh Komunis Banten Ce’ Mamat yang terpilih sebagai Ketua KNI (Komite Nasional Indonesia) membentuk DPRS (Dewan Pemerintahan Rakyat Serang) dan merebut pemerintahan Keresidenan Banten melalui teror dengan kekuatan massanya.
4. Tanggal 18 Oktober 1945 : Badan Direktorium Dewan Pusat yang dipimpin Tokoh Komunis Tangerang, Ahmad Khoirun, membentuk laskar yang diberi nama Ubel-Ubel dan mengambil alih kekuasaan pemerintahan Tangerang dari Bupati Agus Padmanegara.
5. Tanggal 21 Oktober 1945 : PKI dibangun kembali secara terbuka.
6. Tanggal 4 November 1945 : API dan AMRI menyerbu Kantor Pemda Tegal dan Markas TKR, tapi gagal. Lalu membentuk Gabungan Badan Perjuangan Tiga Daerah untuk merebut kekuasaan di Keresidenan Pekalongan yang meliputi Brebes, Tegal dan Pemalang.
7. Tanggal 9 Desember 1945 : PKI Banten pimpinan Ce’ Mamat menculik dan membunuh Bupati Lebak, R. Hardiwinangun, di Jembatan Sungai Cimancak.
8. Tanggal 12 Desember 1945 : Ubel-Ubel Mauk yang dinamakan Laskar Hitam di bawah pimpinan Usman membunuh Tokoh Nasional Oto Iskandar Dinata.
9. Tanggal 12 Februari 1946 : PKI Cirebon di bawah pimpinan Mr.Yoesoef dan Mr.Soeprapto membentuk Laskar Merah merebut kekuasaan Kota Cirebon dan melucuti TRI.
10. Tanggal 14 Februari 1946 : TRI merebut kembali Kota Cirebon dari PKI.
11. Tanggal 3 - 9 Maret 1946 : PKI Langkat – Sumatera di bawah pimpinan Usman Parinduri dan Marwan dengan gerakan massa atas nama revolusi sosial menyerbu Istana Sultan Langkat Darul Aman di Tanjung Pura dan membunuh Sultan bersama keluarganya serta menjarah harta kekayaannya.
12. Tahun 1947 : Kader PKI Amir Syarifuddin Harahap berhasil jadi PM Republik Indonesia dan membentuk kabinet.
13. Tanggal 17 Januari 1948 : PM Amir Syarifuddin Harahap menggelar Perjanjian Renville dengan Belanda.
14. Tanggal 23 Januari 1948 : Presiden Soekarno membubarkan Kabinet PM Amir Syarifuddin Harahap dan menunjuk Wapres M Hatta untuk membentuk Kabinet baru.
15. Bulan Januari 1948 : PKI membentuk FDR (Front Demokrasi Rakyat) yang dipimpin oleh Amir Syarifuddin untuk beroposisi terhadap Kabinet Hatta.
16. Tanggal 29 Mei 1948 : M.Hatta melakukan ReRa (Reorganisasi dan Rasionalisasi) terhadap TNI dan PNS untuk membersihkannya dari unsur-unsur PKI.
17. Bulan Mei 1948 : Muso pulang kembali dari Moskow – Rusia setelah 12 (dua belas) tahun tinggal disana.
18. Tanggal 23 Juni – 18 Juli 1948 : PKI Klaten melalui SARBUPRI (Serikat Buruh Perkebunan Republik Indonesia) melakukan pemogokan massal untuk merongrong pemerintah RI.
19. Tanggal 11 Agustus 1948 : Muso memimpin FDR / PKI dan merekonstruksi Politbiro PKI, termasuk DN. Aidit, MH Lukman dan Nyoto.
20. Tanggal 13 Agustus 1948 : Muso bertemu dengan Presiden Soekarno dan diminta untuk memperkuat Perjuangan Revolusi, namun dijawab bahwa dia pulang untuk menertibkan keadaan, yaitu untuk membangun dan memajukan FDR / PKI.
21. Tanggal 19 Agustus 1948 : PKI Surakarta membuat KERUSUHAN membakar pameran HUT RI ke-3 di Sriwedari – Surakarta, Jawa Tengah.
22. Tanggal 26 – 27 Agustus 1948 : Konferensi PKI
23. Tanggal 31 Agustus 1948 : FDR dibubarkan, lalu Partai Buruh dan Partai Sosialis berfusi ke PKI.
24. Tanggal 5 September 1948 : Muso dan PKI nya menyerukan RI agar berkiblat ke UNI SOVIET.
25. Tanggal 10 September 1948 : Gubernur Jawa Timur RM Ario Soerjo dan dua perwira polisi dicegat massa PKI di Kedunggalar – Ngawi dan dibunuh, serta jenazahnya dibuang di dalam hutan.
26. Medio September 1948 : Dr. Moewardi yang bertugas di Rumah Sakit Solo dan sering menentang PKI diculik dan dibunuh oleh PKI, begitu juga Kol. Marhadi diculik dan dibunuh oleh PKI di Madiun, kini namanya jadi nama Monumen di alun-alun Kota Madiun.
27. Tanggal 13 September 1948 : Bentrok antara TNI pro pemerintah dengan unsur TNI pro PKI di Solo.
28. Tanggal 17 September 1948 : PKI menculik para Kyai Pesantren Takeran di Magetan. KH Sulaiman Zuhdi Affandi digelandang secara keji oleh PKI dan dikubur hidup-hidup di sumur pembantaian Desa Koco, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan. Di sumur tersebut ditemukan 108 (seratus delapan) kerangka jenazah korban kebiadaban PKI. Selain itu, ratusan orang ditangkap dan dibantai PKI di Pabrik Gula Gorang Gareng.
29. Tanggal 18 September 1948 : Kolonel Djokosujono dan Sumarsono mendeklarasikan NEGARA REPUBLIK SOVIET INDONESIA dengan Muso sebagai Presiden dan Amir Syarifoeddin Harahap sebagai Perdana Menteri.
30. Tanggal 19 September 1948 : Soekarno menyerukan rakyat Indonesia untuk memilih Muso atau Soekarno – Hatta. Akhirnya, Pecah perang di Madiun : Divisi I Siliwiangi pimpinan Kol. Soengkono menyerang PKI dari Timur dan Divisi II pimpinan Kol. Gatot Soebroto menyerang PKI dari Barat
31. Tanggal 19 September 1948 : PKI merebut Madiun, lalu menguasai Magetan, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Ngawi, Purwantoro, Sukoharjo, Wonogiri, Purwodadi, Kudus, Pati, Blora, Rembang dan Cepu serta kota-kota lainnya.
32. Tanggal 20 September 1948 : PKI Madiun menangkap 20 orang polisi dan menyiksa serta membantainya.
33. Tanggal 21 September 1948 : PKI Blitar menculik dan menyembelih Bupati Blora Mr. Iskandar dan Camat Margorojo – Pati Oetoro, bersama tiga orang lainnya yaitu Dr.Susanto, Abu Umar dan Gunandar, lalu jenazahnya dibuang ke sumur di Dukuh Pohrendeng Desa Kedungringin Kecamatan Tujungan Kabupaten Blora.
34. Tanggal 18 – 21 September 1948 : PKI menciptakan 2 (Dua) Ladang Pembantaian / Killing Fields dan 7 (Tujuh) Sumur Neraka di MAGETAN untuk membuang semua jenazah korban yang mereka siksa dan bantai :
a. Ladang Pembantaian Pabrik Gula Gorang Gareng di Desa Geni Langit.
b. Ladang Pembantaian Alas Tuwa di Desa Geni Langit.
c. Sumur Neraka Desa Dijenan Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Magetan.
d. Sumur Neraka Desa Soco I Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.
e. Sumur Neraka Desa Soco II Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.
f. Sumur Neraka Desa Cigrok Kecamatan Kenongomulyo Kabupaten Magetan.
g. Sumur Neraka Desa Pojok Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan.
h. Sumur Neraka Desa Bogem Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan
i. Sumur Neraka Desa Batokan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Magetan.
35. Tanggal 30 September 1948 : Panglima Besar Sudirman mengumumkan bahwa tentara Pemerintah RI berhasil merebut dan menguasai kembali Madiun. Namun Tentara PKI yang lari dari Madiun memasuki Desa Kresek Kecamatan Wungu Kabupaten Dungus dan membantai semua tawanan yang terdiri dari TNI, Polisi, pejabat pemerintah, Tokoh Masyarakat dan Ulama serta Santri.
36. Tanggal 4 Oktober 1948 : PKI membantai sedikitnya 212 tawanan di ruangan bekas Laboratorium dan gudang dinamit di Tirtomulyo Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah
37. Tanggal 30 Oktober 1948 : Para Pimpinan Pemberontakan PKI di Madiun ditangkap dan dihukum mati, seperti Muso, Amir Syarifuddin, Suripno, Djokosujono, Maruto Darusman, Sajogo, dan lainnya.
38. Tanggal 31 Oktober 1948 : Muso dieksekusi di Desa Niten Kecamatan Sumorejo Kabupaten Ponorogo. Sedang MH Lukman dan Nyoto pergi ke pengasingan di Republik Rakyat China (RRC).
39. Akhir November 1948 : seluruh pimpinan PKI Muso berhasil dibunuh atau ditangkap, dan seluruh daerah yang semula dikuasai PKI berhasil direbut, antara lain : Ponorogo, Magetan, Pacitan, Purwodadi, Cepu, Blora, Pati, Kudus, dan lainnya.
40. Tanggal 19 Desember 1948 : Agresi Militer Belanda kedua ke Yogyakarta.
41. Tahun 1949 : PKI tetap tidak dilarang, sehingga tahun 1949 dilakukan rekontruksi PKI dan tetap tumbuh berkembang hingga tahun 1965.
42. Awal Januari 1950 : Pemerintah RI dengan disaksikan puluhan ribu masyarakat yang datang dari berbagai daerah seperti Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek, melakukan pembongkaran 7 (Tujuh) Sumur Neraka PKI dan mengidentifikasi para korban. Di Sumur Neraka Soco I ditemukan 108 kerangka mayat yang 68 dikenali dan 40 tidak dikenali, sedang di Sumur Neraka Soco II ditemukan 21 kerangka mayat yang semuanya berhasil diidentifikasi. Para korban berasal dari berbagai kalangan Ulama dan Umara serta Tokoh Masyarakat.
43. Tahun 1950 : PKI memulai kembali kegiatan penerbitan Harian Rakyat dan Bintang Merah.
44. Tanggal 6 Agustus 1951 : Gerombolan Eteh dari PKI menyerbu Asrama Brimob di Tanjung Priok dan merampas semua senjata api yang ada.
45. Tahun 1951 : Dipa Nusantara Aidit memimpin PKI sebagai Partai Nasionalis yang sepenuhnya mendukung Presiden Soekarno sehingga disukai Soekarno, lalu Lukman dan Nyoto pun kembali dari pengasingan untuk membantu DN Aidit membangun kembali PKI.
46. Tahun 1955 : PKI ikut Pemilu pertama di Indonesia dan berhasil masuk empat Besar setelah MASYUMI, PNI dan NU.
47. Tanggal 8 – 11 September 1957 : Kongres Alim Ulama Seluruh Indonesia di Palembang – Sumatera Selatan mengharamkan ideologi Komunis dan mendesak Presiden Soekarno untuk mengeluarkan Dekrit Pelarangan PKI dan semua mantel organisasinya, tapi ditolak oleh Soekarno.
48. Tahun 1958 : Kedekatan Soekarno dengan PKI mendorong Kelompok Anti PKI di Sumatera dan Sulawesi melakukan koreksi hingga melakukan pemberontakan terhadap Soekarno. Saat itu MASYUMI dituduh terlibat, karena Masyumi merupakan MUSUH BESAR PKI
49. Tanggal 15 Februari 1958 : Para pemberontak di Sumatera dan Sulawesi mendeklarasikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI), namun pemberontakkan ini berhasil dikalahkan dan dipadamkan.
50. Tanggal 11 Juli 1958 : DN Aidit dan Rewang mewakili PKI ikut Kongres Partai Persatuan Sosialis Jerman di Berlin.
51. Bulan Agustus 1959 : TNI berusaha menggagalkan Kongres PKI, namun kongres tersebut tetap berjalan karena ditangani sendiri oleh Presiden Soekarno.
52. Tahun 1960 : Soekarno meluncurkan slogan NASAKOM (Nasional, Agama dan Komunis) yang didukung penuh oleh PNI, NU dan PKI. Dengan demikian PKI kembali terlembagakan sebagai bagian dari Pemerintahan RI.
53. Tanggal 17 Agustus 1960 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.200 Th.1960 tertanggal 17 Agustuts 1960 tentang PEMBUBARAN MASYUMI (Majelis Syura Muslimin Indonesia) dengan dalih tuduhan keterlibatan Masyumi dalam pemberotakan PRRI, padahal hanya karena ANTI NASAKOM.
54. Pertengahan Tahun 1960 : Departemen Luar Negeri AS melaporkan bahwa PKI semakin kuat dengan keanggotaan mencapai 2 (dua) juta orang.
55. Bulan Maret 1962 : PKI resmi masuk dalam pemerintahan Soekarno, DN Aidit dan Nyoto diangkat oleh Soekarno sebagai Menteri Penasehat.
56. Bulan April 1962 : Kongres PKI.
57. Tahun 1963 : PKI memprovokasi Presiden Soekarno untuk Konfrontasi dengan Malaysia, dan mengusulkan dibentuknya Angkatan Kelima yang terdiri dari BURUH dan TANI untuk dipersenjatai dengan dalih ”mempersenjatai rakyat untuk bela negara” melawan Malaysia.
58. Tanggal 10 Juli 1963 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.139 th.1963 tertanggal 10 Juli 1963 tentang PEMBUBARAN GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia), lagi-lagi hanya karena ANTI NASAKOM.
59. Tahun 1963 : Atas desakan dan tekanan PKI terjadi Penangkapan Tokoh-Tokoh Masyumi dan GPII serta Ulama Anti PKI, antara lain : KH. Buya Hamka, KH.Yunan Helmi Nasution, KH. Isa Anshari, KH. Mukhtar Ghazali, KH. EZ. Muttaqin, KH. Soleh Iskandar, KH. Ghazali Sahlan dan KH. Dalari Umar.
60. Bulan Desember 1964 : Chaerul Saleh Pimpinan Partai MURBA (Musyawarah Rakyat Banyak) yang didirikan oleh mantan Pimpinan PKI, Tan Malaka, menyatakan bahwa PKI sedang menyiapkan KUDETA.
61. Tanggal 6 Januari 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Surat Keputusan Presiden RI No.1 / KOTI / 1965 tertanggal 6 Januari 1965 tentang PEMBEKUAN PARTAI MURBA, dengan dalih telah memfitnah PKI
62. Tanggal 13 Januari 1965 : Dua sayap PKI yaitu PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia) menyerang dan menyiksa peserta Training PII (Pelajar Islam Indonesia) di Desa Kanigoro Kecamatan Kras Kabupaten Kediri, sekaligus melecehkan pelajar wanitanya, dan juga merampas sejumlah Mush-haf Al-Qur’an dan merobek serta menginjak-injaknya.
63. Awal Tahun 1965 : PKI dengan 3 juta anggota menjadi Partai Komunis terkuat di luar Uni Soviet dan RRT. PKI memiliki banyak Ormas, antara lain : SOBSI (Serikat Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakjat, Gerwani, BTI (Barisan Tani Indonesia), LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakjat) dan HSI (Himpunan Sardjana Indonesia).
64. Tanggal 14 Mei 1965 : Tiga sayap organisasi PKI yaitu PR, BTI dan GERWANI merebut perkebunan negara di Bandar Betsi, Pematang Siantar, Sumatera Utara, dengan menangkap dan menyiksa serta membunuh Pelda Sodjono penjaga PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) Karet IX Bandar Betsi.
65. Bulan Juli 1965 : PKI menggelar pelatihan militer untuk 2000 anggotanya di Pangkalan Udara Halim dengan dalih ”mempersenjatai rakyat untuk bela negara”, dan dibantu oleh unsur TNI Angkatan Udara.
66. Tanggal 21 September 1965 : Atas desakan dan tekanan PKI terbit Keputusan Presiden RI No.291 th.1965 tertanggal 21 September 1965 tentang PEMBUBARAN PARTAI MURBA, karena sangat memusuhi PKI.
67. Tanggal 30 September 1965 Pagi : Ormas PKI Pemuda Rakjat dan Gerwani menggelar Demo Besar di Jakarta.
68. Tanggal 30 September 1965 Malam : Terjadi Gerakan G30S / PKI atau disebut juga GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh) :
a. PKI menculik dan membunuh 6 (enam) Jenderal Senior TNI AD di Jakarta dan membuang mayatnya ke dalam sumur di LUBANG BUAYA – Halim, mereka adalah : Jenderal Ahmad Yani, Letjen R.Suprapto, Letjen MT Haryono, Letjen S. Parman, Mayjen Panjaitan dan Mayjen Sutoyo Siswomiharjo.
b. PKI juga menculik dan membunuh Kapten Pierre Tendean karena dikira Jenderal Abdul Haris Nasution.
c. PKI pun membunuh AIP KS Tubun seorang Ajun Inspektur Polisi yang sedang bertugas menjaga rumah kediaman Wakil PM Dr. J. Leimena yang bersebelahan dengan rumah Jenderal AH Nasution.
d. PKI juga menembak putri bungsu Jenderal AH Nasution yang baru berusia 5 (lima) tahun, Ade Irma Suryani Nasution, yang berusaha menjadi perisai ayahandanya dari tembakan PKI, kemudian ia terluka tembak dan akhirnya wafat pada tanggal 6 Oktober 1965.
e. G30S / PKI dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung yang membentuk tiga kelompok gugus tugas penculikan, yaitu : Pasukan Pasopati dipimpin Lettu Dul Arief, dan Pasukan Pringgondani dipimpin Mayor Udara Sujono, serta Pasukan Bima Sakti dipimpin Kapten Suradi.
f. Selain Letkol Untung dan kawan-kawan, PKI didukung oleh sejumlah perwira ABRI / TNI dari berbagai angkatan, antara lain :
- Angkatan Darat : Mayjen TNI Pranoto Reksosamudro, Brigjen TNI Soepardjo dan Kolonel Infantri A. Latief
- Angkatan Laut : Mayor KKO Pramuko Sudarno, Letkol Laut Ranu Sunardi dan Komodor Laut Soenardi
- Angakatan Udara : Men / Pangau Laksyda Udara Omar Dhani, Letkol Udara Heru Atmodjo dan Mayor Udara Sujono
- Kepolisian : Brigjen Pol. Soetarto, Kombes Pol. Imam Supoyo dan AKBP Anwas Tanuamidjaja.
69. Tanggal 1 Oktober 1965 : PKI di Yogyakarta juga membunuh Brigjen Katamso Darmokusumo dan Kolonel Sugiono. Lalu di Jakarta PKI mengumumkan terbentuknya DEWAN REVOLUSI baru yang telah mengambil alih kekuasaan.
70. Tanggal 2 Oktober 1965 : Soeharto mnegambil alih kepemimpinan TNI dan menyatakan Kudeta PKI gagal dan mengirim TNI AD menyerbu dan merebut pangkalan udara Halim dari PKI.
71. Tanggal 6 Oktober 1965 : Soekarno menggelar Pertemuan Kabinet dan Menteri PKI ikut hadir serta berusaha melegalkan G30S, tapi ditolak, bahkan terbit Resolusi Kecaman terhadap G30S, lalu usai rapat Nyoto pun langsung ditangkap.
72. Tanggal 13 Oktober 1965 : Ormas Anshor NU gelar Aksi unjuk rasa Anti PKI di seluruh Jawa.
73. Tanggal 18 Oktober 1965 : PKI menyamar sebagai Anshor Desa Karangasem (kini Desa Yosomulyo) Kecamatan Gambiran, lalu mengundang Anshor Kecamatan Muncar untuk pengajian. Saat Pemuda Anshor Muncar datang, mereka disambut oleh Gerwani yang menyamar sebagai Fatayat NU, lalu mereka diracuni, setelah keracunan mereka dibantai oleh PKI dan jenazahnya dibuang ke Lubang Buaya di Dusun Cemetuk Desa / Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Sebanyak 62 (enam puluh dua) orang Pemuda Anshor yang dibantai, dan ada beberapa pemuda yang selamat dan melarikan diri, sehingga menjadi saksi mata peristiwa. Persitiwa tragis itu disebut Tragedi Cemetuk, dan kini oleh masyarakat secara swadaya dibangun Monumen Pancasila Jaya.
74. Tanggal 19 Oktober 1965 : Anshor NU dan PKI mulai bentrok di berbagai daerah di Jawa.
75. Tanggal 11 November 1965 : PNI dan PKI bentrok di Bali.
76. Tanggal 22 November 1965 : DN Aidit ditangkap dan diadili serta dihukum mati.
77. Bulan Desember 1965 : Aceh dinyatakan telah bersih dari PKI.
78. Tanggal 11 Maret 1965 : Terbit Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yang memberi wewenang penuh kepada Soeharto untuk mengambil langkah pengamanan Negara RI.
79. Tanggal 12 Maret 1965 : Soeharto melarang secara resmi PKI.
80. Bulan April 1965 : Soeharto melarang Serikat Buruh Pro PKI yaitu SOBSI.
81. Tanggal 13 Februari 1966 : Bung Karno masih tetap membela PKI, bahkan secara terbuka di dalam pidatonya di muka Front Nasional di Senayan mengatakan : ”Di Indonesia ini tidak ada partai yang pengorbanannya terhadap Nusa dan Bangsa sebesar PKI…”
82. Tanggal 5 Juli 1966 : Terbit TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 yang ditanda-tangani Ketua MPRS – RI Jenderal TNI AH Nasution tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan penyebaran paham Komunisme, Marxisme dan Leninisme.
83. Bulan Desember 1966 : Sudisman mencoba menggantikan Aidit dan Nyoto untuk membangun kembali PKI, tapi ditangkap dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 1967.
84. Tahun 1967 : Sejumlah kader PKI seperti Rewang, Oloan Hutapea dan Ruslan Widjajasastra, bersembunyi di di wilayah terpencil di Selatan Blitar bersama kaum Tani PKI.
85. Bulan Maret 1968 : Kaum Tani PKI di Selatan Blitar menyerang para pemimpin dan kader NU, sehingga 60 (enam puluh) orang NU tewas dibunuh.
86. Pertengahan 1968 : TNI menyerang Blitar dan menghancurkan persembunyian terakhir PKI.
87. Dari tahun 1968 s/d 1998 : Sepanjang Orde Baru secara resmi PKI dan seluruh mantel organisasinya dilarang di seluruh Indonesia dengan dasar TAP MPRS No.XXV Tahun 1966.
88. Dari tahun 1998 s/d 2015 : Pasca Reformasi 1998 Pimpinan dan Angota PKI yang dibebaskan dari penjara, beserta keluarga dan simpatisannya yang masih mengusung IDEOLOGI KOMUIS, justru menjadi pihak paling diuntungkan, sehingga kini mereka meraja-lela melakukan aneka gerakan pemutar balikkan fakta sejarah dan memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN pejuang kemerdekaan RI.
B. ANALISA DAN KESIMPULAN
1. Sejak dibentuk kembali pada tanggal 21 Oktober 1945, PKI terus bangkit dan berkembang pesat melalui POLITIK MENGHALALKAN SEGALA CARA, mulai dari pembubaran Partai Islam dan Ormas Islam serta penangkapan para Tokohnya, hingga penculikan dan pembunuhan Ulama dan Umara.
2. Sejak dibentuk kembali PKI tetap selalu mengeksploitasi BURUH dan TANI dalam sepak terjangnya untuk mencapai tujuan-tujuan politik komunismenya.
3. PKI punya pengaruh kuat terhadap Presiden Soekarno hingga berhasil menekan Presiden membubarkan musuh-musuhnya seperti Partai Masyumi, Ormas GPII dan Partai Murba.
4. Kiblat Perjuangan PKI adalah UNI SOVIET, lalu mengembangkan hubungan dengan Komunis JERMAN dan RRT, sehingga PKI sejak lahir hingga dibubarkan tidak pernah memiliki ruh Kebangsaan Nusantara mau pun Nasionalisme Indonesia.
5. Pemberontakan PKI tahun 1948 dan tahun 1965 adalah bukti autentik tentang PENGKHIANATAN PKI terhadap Bangsa dan rakyat serta Negara Indonesia.
6. Sejak awal PKI didirikan lalu dibubarkan, kemudian dibentuk kembali hingga dibubarkan kembali TIDAK ADA sedikit pun Kontribusi PKI dalam perjuangan Kemerdekaan RI.
7. PKI berhasil merekrut PARAPERWIRA TNI yang berhaluan kiri dari berbagai angkatan untuk mengadu-domba mereka, serta membentuk pasukan khusus untuk melakukan teror dan pembunuhan, seperti Pasukan Cakrabirawa saat menculik dan membunuh para Jenderal Pahlawan Revolusi.
8. PKI bersifat KEJAM dan BIADAB sehingga tidak segan-segan membunuh Ulama, Santri, Jenderal hingga anak-anak, bahkan Kader NU yang merupakan Mitra PKI dalam NASAKOM diserang dan dibunuh juga.
9. PKI layak dan patut dilarang dan dibasmi di seluruh wilayah NKRI karena pengkhianatan dan kebiadabannya, sehingga sikap TNI dan NU sudah benar dalam menumpas PKI, begitu juga TAP MPRS No.XXV Tahun 1966 sudah sangat tepat,
10. Soekarno bukan PKI, tapi sikap dan putusan kebijakannya banyak cenderung Pro PKI.
Laa Haula Wa Laa Quwwata illaa Billaah ...
[Habib Muhammad Rizieq Syihab] : http://www.suara-islam.com/read/index/15164/PKI---Tahun-1945-s-d-1965
MENGHADAPI KEBANGKITAN PKI | Oleh Alfian Tanjung
MENGHADAPI KEBANGKITAN PKI
Sikap ngeyel dan serius dari Kawan Yasona merupakan indikasi kuat di tingkat kepresidenan sangat akomodatif bahkan sangat wecome untuk mengawal comebacknya PKI.
Sejak tahun 1993 gerakan Mahasiswa Komunis SMID bermetamorfosis menjadi FORKOT, JARKOT, FIM, FAM & FMN juga LMND, gerakan Pelajar Komunis API, AFRA dan BAJAK, Gerakan Buruh Komunis SBSI (zaman PKI S"O"BSI), Jurnalis prokomunis/PKI, Budayawan DEKRA (dulu LEKRA), wiji Thukul dan Hanung Bramnathyo, Gerwani Baru Srikandi Demokrasi Indonesia (bentukan Gerwani Ribka Tjiptaning), Serikat Tani , STN (dulu BTI) dan beragam tampilan lainnya seperti PRD/PKI baru PKI lama sedang menyiapkan kongresnya yang ke 11 pada 2015 ini. Kongres ke 10 didesa Ngabrak Magelang Agustus 2010.
Kelakukan kaum PKI bisa dilihat dari buku harian Dita Indah Sari 1996 "well partai yang telah terkubur 31 tahun yang lalu akan kita dihidupkan kembali", Pembakaran KPUD karawang dan kantor KPU Pusat selepas Pemilu 1999 dan pengepungan kantor Walikota jakarta barat oleh gerombolan gerwani (dengan menggunakan jasa abang becak dari Tangerang), penyerbuan anak HMI dicempaka Putih, oleh kawanan Pemuda Rakyat sambil berteriak Ganyak HMI, pembunuhan seorang ustadz di Cinajur selatan dengan menjerat leher dan membenamkan beliau hidup-hidup 2011, dan serangkaian keganasan watak asli PKI.
Terbitnya buku Aku Bangga Jadi anak PKI (2002), Anak PKI Masuk Parlemen (2005), 50 Tahun anak PKI (2008) dan Pedoman Revolusi Rakyat (2012), bersamaan dengan terbitan dalam dan luar negeri yang "meluruskan" kesadisan dan keganasan PKI seolah-olah gerombolan PKI adalah komuitas orang-orang yang beradab dan sholeh, padahal PKI adalah satuan kaum Atheis yang mengikuti instruksi Lenin dan Stalin ditahun 1965 bergani tuan yang bernama Mao Tse Dong.
Film Lentera merah, Wanita berkalung sorban, biarkan berbeda, tanda Tanya "?" dan senyap adalah sedikit bukti visual kedegilan kaum PKI. Kesimpulan : PKI The Real Come Back !
SEDIKIT DATA AWAL INI BISA MENJADI LANDASAN KERJA KITA MENGHADAPI GEROMBOLAN PKI YANG SEMAKIN BESAR KEPALA, YANG SECEPATNYA KEPALA TERSEBUT HARUS KITA KECILKAN ATAU KITA HANCURKAN DEMI TEGAKNYA PERADABAN YANG BERKETUHANAN DAN BERKEMANUSIAAN.
Sikap Kita : MENYIAPKAN PERLAWANAN DAN WASPADA.
Alfian Tanjung
Ketua Umum GNPI dan Divisi Riset GBN
*dari fb Alfian Tanjung (21/8/2015)
Setelah Menolak Islam Selama 23 Tahun, Akhirnya Bersyahadat di Saat Menjelang Ajal
Green adalah bekas Komisaris Barclays Bank di Kaherah, dan puteranya Abdur Rahim Green mencari dan memeluk Islam lebih dari 20 tahun yang lalu, dan saat ini ia menjadi tokoh terkenal di kalangan sarjana Muslim di Inggeris.
Sebelumnya Abdur Rahim berfikir bahwa ayahnya tidak akan memeluk islam, namun kehendak Allah, ayahnya Green akhirnya masuk Islam hanya sepuluh hari sebelum ia meninggal.
Mengutip sebuah hadis Nabi yang berbunyi:
“Semoga wajahnya digosok dalam debu (semoga dia menjadi terhina) serta masuk neraka orang yang salah satu orang tuanya sudah mencapai usia tua namun dia tidak melayani mereka.”
Abdul Rahim Green kemudian mengatakan “Itulah sebabnya mengapa saya memutuskan untuk meluangkan waktu saya di sini untuk berbakti dengan ibu saya setelah kematian ayah saya.
Kematian ayah saya adalah sesuatu yang membuat saya sangat bahagia, dan merupakan kisah luar biasa tentang bagaimana hanya sepuluh hari sebelum ia meninggal, ia diberkati untuk mengucapkan dua kalimat Syahadat.
Allah SWT hanya menyuruh kita untuk berdakwah dan kita tidak boleh mengubah siapa pun untuk berubah menjadi Islam kecuali dengan izin Allah. Tugas kita adalah untuk menyampaikan dakwah, untuk menjelaskan kepada orang dengan cara terbaik yang kita boleh, hidayah hanya ada di tangan Allah SWT.
Saya tidak pernah berfikir bahawa ayah saya mengucapkan kalimat Syahadah. Ayah saya adalah seorang ayah yang luar biasa, dia mempunyai personaliti yang luar biasa dan tidak ada yang menggambarkan dia sebagai orang yang buruk.
Selama 23 tahun, sejak saya menjadi seorang Muslim, saya telah mengajak ayah saya untuk masuk Islam. Dan saya memutuskan untuk memberikan contoh terbaik saya yang mungkin bisa menggambarkan Islam sebenarnya, tentang bagaimana Islam memandang hidup, tentang bagaimana Islam mengajar saya untuk menghormati dia sebagai orang tua.
Tapi saya berfikir bahawa ayah saya berfikiran sangat tertutup terhadap Islam, jadi saya tidak pernah berharap penuh bahawa ia akan menjadi seorang Muslim.
Ayah saya telah sakit selama beberapa tahun, dan ibu saya berfikir bahawa ia tidak akan sembuh dari sakitnya. Sebagaimana yang terjadi, beberapa minggu ketika saya kembali dari Inggeris, saya tiba di RS dan terus pergi menemui ayah saya.
Saya menatapnya dan saya berfikir bahawa ia mungkin meninggal malam ini. Jadi, saya berfikir, jika saya tidak mengatakan sesuatu tentang Islam, saya tidak akan memaafkan diri saya sendiri.
Saya tahu bahawa saya coba mengajaknya masuk Islam melalui banyak cara. Tapi saya berfikir bahawa saya perlu membuat usaha yang terakhir.
Saya telah menghabiskan waktu yang lama memikirkan apa yang bisa saya katakan. Bagaimana saya boleh mengatakannya? Apa cara yang tepat untuk mendekatinya? Dia sudah terlalu penat, jadi saya tidak mahu membuat dia kesusahan, saya tidak mahu membuat dia menjadi lebih marah.
Sejujurnya saya takut bahawa ia mungkin mengatakan “Tidak,” dan menolak ajakan saya. Dan saya bahkan bimbang bahawa jika ia memang mengatakan Syahadah tetapi tidak masuk ke dalam Islam, kemudian ia sembuh dan pulang ke rumah dan menjadi lebih angkuh tentang Islam, hal itu lebih menakutkan saya.
Ini benar-benar hal yang sulit. Setiap mualaf yang mempunyai orang tua yang belum muslim, mereka pasti mengalami dilema ini seperti yang saya alami.
Namun janganlah meremehkan kekuatan dari doa, karena itu maka ketika saya merasa buntu, saya meminta Allah untuk membantu saya mencari sesuatu untuk dikatakan kepada ayah saya.
Saat ia berbaring di tempat tidur, saya berkata kepadanya:
“Ayah! Saya ada sesuatu yang sangat penting untuk saya beritahu kepada ayah, apakah ayah mau mendengarkannya?”
Ayah saya tidak bisa berbicara dengan baik, jadi dia mengangguk. Lalu saya berkata:
“saya ada sesuatu untuk dikatakan, jika saya tidak mengatakannya, saya akan menyesalinya”
Dan kemudian saya mengatakan kepadanya bahawa “di hari kiamat, seorang lelaki akan datang di depan Allah dengan banyak perbuatan dosa serta kemaksiatan, dan Allah akan berkata kepadanya, anda mempunyai sesuatu yang melampaui semua itu.” Dan orang itu akan berkata, “Apa itu Tuhanku ? ” Allah berfirman:
“Ucapkan : Tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya. “
Saya berkata, “Jadi ayah, ini adalah kunci syurga, ini adalah kunci kejayaan dalam kehidupan yang akan datang, bagaimana menurut ayah?”
Dan ia menganggukkan kepalanya.
Saya berkata “Apakah itu berarti ayah ingin mengatakan kata-kata tersebut?”
Dan ayah saya berkata “Ya.”
Dia menginkuti kata-kata yang saya ucapkan,“Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah Rasulullah.”
Saya harus meninggalkan RS pada hari itu, karena RS mempunyai beberapa peraturan ketat. Saya mengunjunginya pada hari berikutnya, dan dia sudah tidak ingat apa-apa. Dia tidak mampu mengingat satu hal dari sehari ke hari yang lain, bahkan dari jam ke jam yang lain, tapi itu bukan akhir semua itu.
Tiga atau empat hari sebelum ia meninggal, ayah saya berkata: Tolong, tolong bantu saya.
Saya berkata, “Ayah apa yang kau ingin saya lakukan?”
Dia mengatakan “Saya tidak tahu!”
Lalu ia berkata, “Berikan saya sesuatu yang mudah untuk dilakukan.”
Saya teringat hadis Nabi:“Ada sesuatu yang ringan di lidah, namun berat di sisi timbangan”Jadi, saya berkata“Ayah jika saya adalah ayah, saya akan terus mengulangi kalimat syahadah berulang-ulang.”
Dan dia berkata, “Ya, itulah sebenarnya yang ingin saya lakukan.”
Dan kami menghabiskan setengah jam mengulang-ulang kalimat Syahadah itu.
Tidak beberapa lama kemudian, saya berangkat ke Inggeris, dan di sana saya mendengar ayah saya telah meninggal dunia. Subhanallah. Hadiah hidayah yang luar biasa dari Allah kepada ayahku dan kami sekeluarga…. Allahu Akbar !
Sumber : -Dunia Maklumat-
Sumber | republished by (YM) Yes Muslim !
Sebelumnya Abdur Rahim berfikir bahwa ayahnya tidak akan memeluk islam, namun kehendak Allah, ayahnya Green akhirnya masuk Islam hanya sepuluh hari sebelum ia meninggal.
Mengutip sebuah hadis Nabi yang berbunyi:
“Semoga wajahnya digosok dalam debu (semoga dia menjadi terhina) serta masuk neraka orang yang salah satu orang tuanya sudah mencapai usia tua namun dia tidak melayani mereka.”
Abdul Rahim Green kemudian mengatakan “Itulah sebabnya mengapa saya memutuskan untuk meluangkan waktu saya di sini untuk berbakti dengan ibu saya setelah kematian ayah saya.
Kematian ayah saya adalah sesuatu yang membuat saya sangat bahagia, dan merupakan kisah luar biasa tentang bagaimana hanya sepuluh hari sebelum ia meninggal, ia diberkati untuk mengucapkan dua kalimat Syahadat.
Allah SWT hanya menyuruh kita untuk berdakwah dan kita tidak boleh mengubah siapa pun untuk berubah menjadi Islam kecuali dengan izin Allah. Tugas kita adalah untuk menyampaikan dakwah, untuk menjelaskan kepada orang dengan cara terbaik yang kita boleh, hidayah hanya ada di tangan Allah SWT.
Saya tidak pernah berfikir bahawa ayah saya mengucapkan kalimat Syahadah. Ayah saya adalah seorang ayah yang luar biasa, dia mempunyai personaliti yang luar biasa dan tidak ada yang menggambarkan dia sebagai orang yang buruk.
Selama 23 tahun, sejak saya menjadi seorang Muslim, saya telah mengajak ayah saya untuk masuk Islam. Dan saya memutuskan untuk memberikan contoh terbaik saya yang mungkin bisa menggambarkan Islam sebenarnya, tentang bagaimana Islam memandang hidup, tentang bagaimana Islam mengajar saya untuk menghormati dia sebagai orang tua.
Tapi saya berfikir bahawa ayah saya berfikiran sangat tertutup terhadap Islam, jadi saya tidak pernah berharap penuh bahawa ia akan menjadi seorang Muslim.
Ayah saya telah sakit selama beberapa tahun, dan ibu saya berfikir bahawa ia tidak akan sembuh dari sakitnya. Sebagaimana yang terjadi, beberapa minggu ketika saya kembali dari Inggeris, saya tiba di RS dan terus pergi menemui ayah saya.
Saya menatapnya dan saya berfikir bahawa ia mungkin meninggal malam ini. Jadi, saya berfikir, jika saya tidak mengatakan sesuatu tentang Islam, saya tidak akan memaafkan diri saya sendiri.
Saya tahu bahawa saya coba mengajaknya masuk Islam melalui banyak cara. Tapi saya berfikir bahawa saya perlu membuat usaha yang terakhir.
Saya telah menghabiskan waktu yang lama memikirkan apa yang bisa saya katakan. Bagaimana saya boleh mengatakannya? Apa cara yang tepat untuk mendekatinya? Dia sudah terlalu penat, jadi saya tidak mahu membuat dia kesusahan, saya tidak mahu membuat dia menjadi lebih marah.
Sejujurnya saya takut bahawa ia mungkin mengatakan “Tidak,” dan menolak ajakan saya. Dan saya bahkan bimbang bahawa jika ia memang mengatakan Syahadah tetapi tidak masuk ke dalam Islam, kemudian ia sembuh dan pulang ke rumah dan menjadi lebih angkuh tentang Islam, hal itu lebih menakutkan saya.
Ini benar-benar hal yang sulit. Setiap mualaf yang mempunyai orang tua yang belum muslim, mereka pasti mengalami dilema ini seperti yang saya alami.
Namun janganlah meremehkan kekuatan dari doa, karena itu maka ketika saya merasa buntu, saya meminta Allah untuk membantu saya mencari sesuatu untuk dikatakan kepada ayah saya.
Saat ia berbaring di tempat tidur, saya berkata kepadanya:
“Ayah! Saya ada sesuatu yang sangat penting untuk saya beritahu kepada ayah, apakah ayah mau mendengarkannya?”
Ayah saya tidak bisa berbicara dengan baik, jadi dia mengangguk. Lalu saya berkata:
“saya ada sesuatu untuk dikatakan, jika saya tidak mengatakannya, saya akan menyesalinya”
Dan kemudian saya mengatakan kepadanya bahawa “di hari kiamat, seorang lelaki akan datang di depan Allah dengan banyak perbuatan dosa serta kemaksiatan, dan Allah akan berkata kepadanya, anda mempunyai sesuatu yang melampaui semua itu.” Dan orang itu akan berkata, “Apa itu Tuhanku ? ” Allah berfirman:
“Ucapkan : Tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya. “
Saya berkata, “Jadi ayah, ini adalah kunci syurga, ini adalah kunci kejayaan dalam kehidupan yang akan datang, bagaimana menurut ayah?”
Dan ia menganggukkan kepalanya.
Saya berkata “Apakah itu berarti ayah ingin mengatakan kata-kata tersebut?”
Dan ayah saya berkata “Ya.”
Dia menginkuti kata-kata yang saya ucapkan,“Tidak ada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah Rasulullah.”
Saya harus meninggalkan RS pada hari itu, karena RS mempunyai beberapa peraturan ketat. Saya mengunjunginya pada hari berikutnya, dan dia sudah tidak ingat apa-apa. Dia tidak mampu mengingat satu hal dari sehari ke hari yang lain, bahkan dari jam ke jam yang lain, tapi itu bukan akhir semua itu.
Tiga atau empat hari sebelum ia meninggal, ayah saya berkata: Tolong, tolong bantu saya.
Saya berkata, “Ayah apa yang kau ingin saya lakukan?”
Dia mengatakan “Saya tidak tahu!”
Lalu ia berkata, “Berikan saya sesuatu yang mudah untuk dilakukan.”
Saya teringat hadis Nabi:“Ada sesuatu yang ringan di lidah, namun berat di sisi timbangan”Jadi, saya berkata“Ayah jika saya adalah ayah, saya akan terus mengulangi kalimat syahadah berulang-ulang.”
Dan dia berkata, “Ya, itulah sebenarnya yang ingin saya lakukan.”
Dan kami menghabiskan setengah jam mengulang-ulang kalimat Syahadah itu.
Tidak beberapa lama kemudian, saya berangkat ke Inggeris, dan di sana saya mendengar ayah saya telah meninggal dunia. Subhanallah. Hadiah hidayah yang luar biasa dari Allah kepada ayahku dan kami sekeluarga…. Allahu Akbar !
Sumber : -Dunia Maklumat-
Langganan:
Postingan (Atom)