Rabu, 21 Desember 2016

Bertahun - Tahun Habib Rizieq Dibully

HM Aru Syeiff Assadullah
Pemimpin Redaksi Tabloid Suara Islam
 
 
Pasca momentum 212 yakni Shalat Jumat raksasa di Monas dan diyakini dengan jamaah mencapai lima juta orang  lebih, nama  Habib Rizieq pun melambung dengan gelombang pujian tak putus-putus. Habib Rizieq pun disebut sebagai  tokoh Islam tak tertandingi saat ini di Indonesia. 
 
Pengungkapan fakta bahwa Habib Rizieq adalah tokoh yang paling konsisten menegakkan asas kebenaran Islam juga asas keadilan, juga toleransi kepada paham di luar Islam dan secara menyeluruh disebut sebagai penegak demokrasi yang sebenarnya, tapi  dilengkapi sikap yang tegas dalam penyampaian kepada siapapun. 
 
Bahkan tatkala Presiden Joko menyambangi Habib Rizieq usai berkhutbah di Panggung Utama Shalat Jumat Rasasa Monas  (2/12) itu, Habib Rizieq dengan gencar menyampaikan peringatan keras kepada Presiden Joko agar tidak berpihak dan melindungi Si Penista Agama : Ahok, dan manakala Ahok yang sudah dinyatakan sebagai tersangka itu dibebaskan maka bukan mustahil gelombang protes umat Islam itu akan berubah menjadi revolusi. Entah apa komentar presiden Joko mendengar peringatan keras Habib Rizieq itu, juga khutbah Jumatnya yang runtut melontarkan kejahatan Si Penista Agama, Ahok, dan presiden mendengarkan khutbah itu dari awal hingga akhir.
 
Tak pelak dengan munculnya fakta obyektif citra, profil seorang Habib Rizieq dalam serangkaian Aksi Bela Islam sejak Jumat 14 Oktober 2016 (ABI-I), disusul ABI-II, 4 November 2016 dan puncaknya ABI-III 2 Desember 2016, maka citra Habib Rizieq pun yang semula gelap penuh citra hitam-kelam itu—karena masyarakat dan bangsa Indonesia disesatkan oleh opini media anti Islam bertahun-tahun—mendadak-sontak menjadi ‘terang benderang -- seorang mantan menteri Gus Dur, AS Hikam menulis tentang Habib Rizieq dengan memujinya sebagai tokoh Islam nomor satu hari ini, begitu juga mantan menteri keuangan Fuad Bawazier juga memuji  Habib Rizieq yang sama seraya melecehkan acara-acara tandingan meng-counter  ABI yang tidak berpengaruh apa-apa. 
 
Masyarakat luas pun melalui Medsos banyak menampilkan  sejumlah pribadi yang sejak bertahun-tahun mengaku selalu melecehkan pribadi Habib Rizieq, selalu ikut mem-bully-nya dan jauh dari rasa hormat, tapi kini mereka mengaku baru menyadari semua itu salah besar. Dan kini berganti dengan rasa hormat dan kagum.
 
Tabloid Suara Islam hakikatnya menjadi media yang terdepan sejak awal justru memberikan apresiasi terhadap pemikiran, sikap, pendirian dan perjuangan yang dilancarkan Habib Rizieq. Karena meyakini dari pengenalan jatidiri yang sesungguhnya dari seorang Habib Rizieq justru berlawanan dengan apa yang difitnahkan oleh kalangan Islamophobia. 
 
Bertahun-tahun fitnah melalui penyesatan opini yang luar biasa massif itu akhirnya terkuak dengan berakhirnya ABI Ke-III bahkan luntur bersamaan guyuran hujan berkah menjelang Shalat Jumat Raksasa Monas itu. Bagai hujan yang mengguyur dan menyucikan jutaan jamaah shalat Jumat itu, ikut pula membersihkan fitnah-fitnah yang dilancarkan kepada Habib Rizieq bertahun-tahun belakangan ini. 
 
Jika dikumpulkan untuk didokumentasikan Suara Islam ini pernah memuat headline dengan cover Habib Rizieq mencapai  belasan kali atau lebih. Topik yang selalu digelar niscaya sangat panas dari sudut berita (news), dan mencoba dengan  sangat kontroversial membela pemikiran Habib Rizieq yang selalu berjuang demi keadilan dan kebenaran khususnya Al Islam dengan cara-cara yang sangat berani, lugas, tegas namun berjiwa ksatrya. 
 
Di antara topik-topik dengan mengangkat perjuangan Habib Rizieq oleh Suara Islam antara lain: Habib Rizieq, 2013 Akan Menjadi Bulan-Bulanan; Kristen-Katolik di Belakang Pemerintahan Jokowi;  Habib Rizieq Jihad Melawan Korupsi; Jangan Grogi dengan RUU Ormas, FPI Kena Fitnah Lagi;  Pimpinan FPI Lolos dari Pembunuhan, Palangkaraya Anarkhis FPI Digugat Dibubarkan; Habib Rizieq: Liberal Kesesatan Atas Nama Agama; Ramadhan Bulan Melawan Kezaliman, hingga Habib Rizieq: Ahok Psikopat dan Korup Harus Diturunkan. 
 
 
Tatkala Habib Rizieq bersama Permadi SH sama-sama mencanangkan berdirinya LAKI (Laskar Anti Korupsi) pada September 2011, ia bertekad gerakan melawan korupsi itu sebagai jihad melawan kebatilan yang hakiki. Habib memutuskan hal itu karena sejak berdirinya Front Pembela Islam (FPI) lebih 13 tahun perjuangannya memberantas kemaksiatan melalui pemberantasan Miras, lokalisasi  pelacuran  dan tempat maksiat seperti Rumah Minum, tapi setelah diberantas bersih, aparat keamanan pun disogok olek pemilik dan pengelola tempat maksiat itu. Maka bubarlah perjuangan pembersihan tempat masiat dihancurkan oleh budaya sogok atau korupsi. Maka menurut Habib Rizieq sangat utama harus dilakukan pemberantasan korupsi, maka didirikan LAKI untuk menangkalnya.
 
Karakter asli Habib Rizieq sesungguhnya justru sangat berlawanan dengan karakter negative yang selama ini dilekatkan oleh para penentangnya sebagai berjiwa radikal, anti toleransi dan selalu mengedepankan tindak kekerasan. Padahal karakter dari Habib Rizieq justru menonjol jiwa dan nuraninya amat lembut kepada sesama umat manusia khususnya kepada sesama umat Islam. 
 
Sikap penuh kasih sayangnya ini mencuat setiap kali ia bertemu dan menyambangi puluhan bahkan ratusan ribu jamaahnya yang tersebar di seantero wilayah negeri ini, mulai dari ujung timur negeri ini hingga Aceh wilayah paling barat NKRI. Usai tabligh dan tausiah yang ia sampaikan hingga larut malam, Habib Rizieq dengan sabar menyalami jamaahnya satu persatu. Anak-anak kecil/remaja yang tekun mengikuti pengajiannya hingga larut malam, ia usap-usap kepalanya bahkan ia cium keningnya. Pertanyaan-pertanyaan lugu jamaahnya yang tinggal di puncak-puncak bukit dan pelosok pedesaan itu ia layani denngan sabar. Inilah ciri khas Habib Rizieq yang tak pernah dimengerti golongan sekuler dan anti Islam yang selalu menentangnya.
 
Citra menyesatkan  justru dikabarkan  oleh kalangan elite sekuler dan disebarluaskan oleh pers mainstream yang anti Islam. Bahwa Habib Rizieq tokoh radikal yang mengandalkan otot dan adu jotos alias gemar tindak kekerasan. 
 
Ditambah lagi julukan Preman Berjubah yang diberikan oleh Syafii Maarif, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah—satu di antara tokoh Islam yang selalu menentangnya termasuk Gus Dur--, atau julukan Kepala Gang Mafia Berkedok Agama yang setiap kali menerima setoran dari arena perjudian dan night-club. 
 
Citra hitam seperti inilah yang semula diakui oleh mantan wartawan senior Tempo Amran Nasution yang kini bergabung di jajaran redaksi Suara Islam. Citra negative itu seketika hapus di benak Amran ketika suatu hari ia diajak berkunjung rumah Habib Rizieq oleh Wakil Ketua DPR-RI  (2004-2009) Zainal Maarif. Semula Amran mengira ia akan menemui rumah seorang Bos Mafia, rumah megah, sebuah singgasana yang dijaga para pengawalnya yang garang dan ketat. Tapi kata Amran bayangan itu lenyap seketiika ketika mobil dinas Wakil Ketua DPR yang ditumpangi tak bisa maju lagi dan harus berhenti di ujung gang kecil di Jalan Petamburan III dan ia dapati dalam kondisi kumuh, dan di sanalah rumah Habib Rizieq berdiri. 
 
Mungkin Amran akan pangling kalau kini berkunjung ke rumah Habib Rizieq telah dibangun Tiga lantai saat ini yang cukup layak. Bangunan rumah Habib Rizieq ini “dibangunkan” oleh simpatisan Habib Rizieq tatkala Habib Rizieq “mondok” di tahanan Polda Metro Jaya dalam kasus kekerasan AKKBB Monas Juni 2006.
 
Sikap menonjol Habib Rizieq yang lain niscaya amat keras tanpa kompromi  begitu berhadapan dengan pribadi yang terang-terangan menentang Islam atau pro kemungkaran dan melawan Al Islam. Itulah sikapnya yang keras kepada aliran sesat Ahmadiyah, Islam Jamaah  dan seterusnya. Ketika karakter  asli Habib Rizieq itu diketahui lebih jauh oleh Amran Nasuition maka salah paham terhadap Habib Rizieq pun terkikis berganti simpati. 
 
Inilah pula yang terjadi pada cucu mantan Ketua Umum MUI KH. Hasan Basri, yakni Fahira Fahmi Idris. Semula ia bersama rekan-rekannya “melabrak” Habib Rizieq hendak memprotesnya atas berbagai tindakan FPI, namun tatkala ia sudah berdialog panjang-lebar,  maka berubah total pendirian Fahira berganti perasaan hormat dan penghargaan. 
 
Hal serupa dialami Permadi SH sejak ia bersama-sama mendirikan LAKI, dan akhir-akhir ini datang Ratna Sarumpaet , dan serenceng tokoh Nasionalis dipimpin Rachmawati Soekarnoputeri yang juga datang ke markas FPI Petamburan Jakarta Pusat. 
 
Yang agak berbeda adalah Jaya Suprana pendiri Rekor MURI, ia sengaja datang menemui Habib Rizieq karena merasa heran tokoh yang begitu dibenci oleh kalangan luas itu tapi ia juga merasa heran pengikutnya justru  bertambah lebih banyak lagi dari penentangnya. Ada misteri apa di balik Habib Rizieq, maka ia pun bertekad menemui sendiri. 
 
Dan benar tatkala ia sudah bertemu dan berbincang beberapa kali yang ia duga sebelumnya benar Habib Rizieq niscaya memiliki kelebihan dan hal itu justru menjadi kelebihan Habib Rizieq yang jauh dari persangkaan dari orang-orang yang salah paham itu.
 
Kesadaran menilai Habib Rizieq secara benar pun  datang secara serentak di Indonesia bersamaan momentum Shalat Jumat Raksasa Monas 212. 
 
 
Seperti ditulis di muka mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier mengungkapkan perasaan dan kejujuran jiwanya terhadap Habib Rizieq di WhatsApp dan disebarluaskan di tengah masyarakat antara lain : 

“Seorang tokoh Islam senior mengatakan kepada saya suka tidak suka, de facto tokoh umat Islam sekarang adalah Habib Rizieq. Saya jawab itu karena Habib Rizieq konsisten tidak mau disuap dan tidak mau mengejar jabatan untuk peribadinya.
 
Sukses ABI III di mana aman damai tertib bersih bahkan indah membuat banyak pihak mengklaim ikut berjasa. Sukses ABI III ini juga semoga bisa menjadikan instropeksi bagi tokoh-tokoh Islam yang sebelumnya sinis dan bahkan sebagian nyinyir terhadap pribadi Habib Rizieq dan ABI III/Shalat Jumat di jalanan.
 
Doa dan harapan kami di masa yang akan datang insya Allah tokoh-tokoh terpandang seperti Prof Syafii Maarif, Gus Mus, KH Said Aqil Siraj dll lebih sensitive lagi terhadap aspirasi Islam  yang sedang menuntut keadilan atas penistaan agamanya. Dan  ormas-ormas besar Islam juga perlu instrospeksi karena ketika seruannya tidak didengar umat sedangkan para penguasa yang silaturahmi atau “sowan” ke sana kemari ternyata salah alamat (Maksudnya tentu kunjungan presiden ke NU dan Muhammadiyah, red).
 
Yang terbukti efektif berjalan di lapangan adalah kesepakatan Kapolri dengan GNPF-MUI/Habib Rizieq sehingga ABI-III sukses bagi semua pihak dan menakjubkan dunia. Saran penutup saya adalah berhentilah mengadakan “demo2” tandingan sebab tidak “ngefek” apa-apa dan hanya buang-buang duit. Toh tidak akan bisa sebanding dengan ABI yang lahir karena panggilan genuine, bukan panggilan rekayasa atau komersiil. Semoga pandangan ini bermanfaat dan dipahami positif semua pihak sebagai pembelajaran.” 
 
Demikian ungkapan Fuad Bawazier yang jujur memberikan apresiasi dan menobatkan Habib Rizieq sebagai tokoh utama umat Islam sekarang. 
 
Kini bagaimana muara akhir kasus Penistaan Alquran oleh Gubernur DKI Ahok di tengah dalam kunjungan kerjanya di Pulau Seribu (27/9), khususnya setelah melewati peristiwa kolosal 212? 
 
Saat laporan ini ditulis (13/12) baru saja usai Sidang Perdana Ahok dalam kasus Penistaan Alquran di PN Jakarta Utara. Dari jalannya sidang dengan mendengar pembacaan para pembela Ahok, terasa kuat sikap penolakan Ahok melalui pengacaranya yang berjumlah 34 orang itu. Jika pengadilan ini membebaskan Ahok—kendati keputusan hal serupa melalui yurisprudensi, sudah sangat gamblang Ahok harus dijatuhi hukuman dan masuk penjara – maka peringatan Habib Rizieq beberapa menit seusai Presiden Joko memberikan sambutan di Panggung Utama Monas 2/12, yang ia katakan,” Jika Ahok dibebaskan maka akan terjadi revolusi di negeri ini.” 
 
Kiranya peringatan ini harus menjadi perhatian rezim Presiden Joko, khusunya Hakim Pengadilan Ahok. Peringatan itu bukanlah ancaman pribadi Habib Rizieq seperti halnya jamaah shalat Jumat Monas yang datang jutaan orang itu bukanlah atas undangan pribadi Habib Rizieq melainkan—genuine, kata Fuad Bawazier—datang atas kehendak nurani mereka sendiri. Revolusi pun akan datang menerpa dengan sendirinya. Wallahu a’lam bissawab

[Suara-Islam.Online]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar