Masjid menjadi bangunan yang terlarang, kitab suci al-Quran menjadi sekadar “buku” yang dilarang keberadaannya, sholat, puasa ramadhan, dan semua yang berbau Islam menjadi terlarang keras.
President Angola Jose Eduardo dos mendukung penuh pelarangan ini tanpa mempertimbangkan asas kebebasan memeluk agama bagi rakyatnya.
”Inilah akhir pengaruh Islam di negara kami,” ujarnya seperti dilansir dari Morroco News.
Presiden menetapkan pelarangan Islam melalui Menteri budaya, Rosa Cruz e Silva yang akan mengumumkan secara langsung. Menurut Silva, agama Islam memang belum mendapatkan izin dari pemerintahannya. ”Proses legalisasi Islam tidak disetujui oleh Kementerian kehakiman dan HAM. Masjid mereka akan segera ditutup,” katanya.
Silva mengatakan pelarangan Islam bukan tanpa pertimbangan. Menurutnya Islam tidak sejalan dengan adat istiadat dan budaya masyarakat Angola, tanpa merinci budaya apa yang dimaksud.
Proses pelarangan eksistensi Islam di Angola diyakini bukan tanpa sebab dan tanpa proses panjang. Mungkin ada banyak sebab, dan mungkin pula salah satunya adalah “serbuan investor dan pekerja Negara Komunis RRC” ke Angola.
Belum lama ini, situs pribuminews memuat satu artikel “Cina Kuasai Angola, Sebentar Lagi Indonesia” (Senin, 29 Juni 2015). Salinan artikelnya secara lengkap seperti di bawah ini:
Cina Kuasai Angola, Sebentar Lagi Indonesia
Terkait dengan berbondong-bondongnya warga negara Cina ke Indonesia, Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) Jajat Nurjaman mengatakan, beredarnya video dengan judul Indonesia adalah Angola Berikutnya? (http://www.vidio.com/
di sosial media menjadi suatu perbincangan hangat. Pasalnya, dalam video tersebut terlihat tampak secara jelas pola Cina dalam menguasai sebuah negara.
“Dalam video tersebut ditunjukan bagaimana Cina sukses menjadikan Luanda (ibukota Angola) sebagai kota yang maju. Namun, yang menarik adalah dengan dalih untuk kecepatan kerja dan efisiensi, pembangunan tersebut tenaga kerjanya pun didatangkan dari Cina, padahal tingkat pengangguran penduduk di negara tersebut tinggi. Ini merupakan gerakan senyap Cina untuk menguasai pereknomian sebuah negara” tutur Jajat.
Menurut Jajat, melihat investasi besar-besaran yang dilakukan Cina di Indonesia saat ini, sangat mungkin apa yang terjadi di Angola akan terjadi di Indonesia. Apalagi hal ini diperkuat dengan kesepakatan antara Presiden Joko Widodo dengan Presiden Cina Xi Jinping beberapa waktu lalu mengenai pertukaran penduduk hingga 10 juta penduduk. Jajat menganjurkan Jokowi jangan terlalu polos dan begitu saja menerima pinangan Cina.
“ Jokowi seharusnya lebih lihai dalam masalah hubungan luar negeri, terlihat sekali kepolosan beliau dalam menjalin hubungan dengan Cina. Ini sudah merupakan bentuk penjajahan modern, jika dulu asing hanya bisa mengeruk hasil bumi Indonesia secara terbatas, yang terjadi sekarang malah semakin parah. Bukan hanya menguasai hasil bumi, namun berbagai mega proyek di Indonesia pun telah diserahkan ke Cina, sementara itu rakyat hanya akan jadi penonton bahkan menjadi tamu di negerinya sendiri”, tutup Jajat.
Nah, silakan pikir dan coba renungkan sendiri.
http://
Tidak ada komentar:
Posting Komentar