Selasa, 31 Januari 2017

Pelajaran Sederhana Tentang Kondisi Saat Ini

Pelajaran Sederhana Tentang Kondisi Saat Ini

Oleh: Rugaya Abubakar

Ini Indonesia
Negara berdiri sejak tahun 45
Dasar negara Pancasila
Falsafah Bhineka Tunggal Ika
Walau masyarakat sangat majemuk tetapi terbina sikap saling hormat menghormati
Indonesia terdiri dari berbagai propinsi
Tiap propinsi dipimpin seorang gubernur
Salah SATU GUBERNUR (I) menistakan agama
Ia mengatakan ayat suci suatu agama sebagai alat kebohongan
Padahal ia bukan pemeluk agama tersebut
Terjadi kegelisahan pada pemeluk agama itu

Tapi ini tidak terbaca oleh institusi pengawal ketentraman masyarakat dan pemelihara keadilan (II).

Lalu perwakilan sekelompok masyarakat yg agamanya dinistakan (III) mengadukan kegelisahan mereka pada institusi tersebut.

Institusi merasa perlu ada penegasan dari perwakilan kaum (IV) yang paling memahami agama itu
Perwakilan kaum ini mengeluarkan fatwa yang memperjelas bahwa tindakan gubernur itu menistakan agama.

Tidak ada proses pemanggilan ataupun penangkapan oleh institusi itu kepada si gubernur
Sekelompok masyarakat dan kelompok masyarakat lain yang beragama sama memantapkan diri mengawal fatwa (V) itu.

Terjadilan aksi membela agama pertama 14 Oktober 2016 menuju kantor sang gubernur
Kecanggihan teknologi malah memperlihatkan pasukan pelindung si gubernur itu
Akibat aksi terjadi sedikit kerusakan taman
Oleh team gubernur pelaku penistaan masalah kerusakan taman digemborkan sehingga menjadi berita yang menghebohkan.

Tuntutan aksi tidak menjadi dasar melakukan tindakan oleh institusi sehingga si gubernur penista tidak dilakukan tindakan sebagaimana penista lainnya yang pernah melakukannya.
Tunggu menunggu proses tidak menunjukkan penyelesaian
Para pengawal merencanakan aksi bela selanjutnya
Jelang pelaksanaan itu, si gubernur mendatangi institusi itu.

Tidak ada pemanggilan dan si gubernur menyatakan permintaan maaf.
Terjadilah lagi aksi membela agama kedua pada 4 Nopember 2016 menuju kediaman resmi kepala negara.

Hendak menyampaikan sebuah sistem yang tidak sesuai asas kesamaan hukum yang terjadi
Sang presiden tak bisa dijumpai dengan alasan yang tak bisa dimengerti dalam tekhnologi terkini yang dimiliki bangsa ini.

Walau menunggu lama, tak juga berjumpa dan terjadi pergesekan besar dan luka
Luka luka yang tak sederhana
Walau sangat menjaga agar tak ada taman yang rusak
Tunggu menunggu proses hukum untuk dilaksanakan
Tapi berita tak juga kunjung tiba
Sehingga digagas aksi membela agama ketiga.

Tapi sang institusi berusaha mencegah dengan caranya tetapi proses memberi solusi dengan pindah lokasi
Menjelang aksi, institusi menyatakan sang gubernur (tak aktif) sebagai tersangka.

Seorang tersangka yang bebas kemanapun hendak pergi di negeri ini
Terjadilah lagi aksi membela agama ketiga pada 2 Desember 2016 dalam doa bersama mengetuk pintu langit.

Seakan para pembela berkata inilah kami melakukan pembelaan. Jadikan ini saksi perjuangan akan kebenaran dari kami.
Sang presiden menghadiri
Sang kepala institusi sepenuhnya hadir
Seakan solusi akan segera terpenuhi
Lalu proses hukum pun berjalan
Para pembela memantau perkembangan
Karena berusaha meneguhkan kepercayaan akibat kelambatan pemprosesan dan menghindari adanya pengabaian

Lalu...

Mengapa harus ada aksi aksi lain yang
- menyebut pembela NKRI, pembela kebhinekaan
- anti pada kaum intoleran
Mengapa????
........................................
Cobalah melihat ini

Siapakah kaum penista NKRI, penista kebhinekaan sehingga perlu aksi aksi lain ?
A. Satu gubernur (I) yang menista agama
B. Institusi pengawal ketentraman (II)
C. Masyarakat yg mengadu (III)
D. Perwakilan kaum (IV) yang keluarkan fatwa
E. Para pengawal fatwa (V)

Siapakah kaum intoleran itu?
A. Satu gubernur (I) yang menista agama
B. Institusi pengawal ketentraman (II)
C. Masyarakat yg mengadu (III)
D. Perwakilan kaum (IV) yang keluarkan fatwa
E. Para pengawal fatwa (V)
........................

Lalu mengapa harus ada sekelompok masyarakat yang terganggu ketika si gubernur dituntut masalah hukumnya. Ini urusan pribadi si gubernur itu?

Lalu mengapa harus ada sejumlah tuntutan pada seseorang yang adalah bagian dari para pengawal fatwa?

Lalu mengapa ketika seorang kaum pemberi fatwa disambut senjata di lapangan terbang yang semestinya dibawah penjagaan institusi?

Lalu mengapa ada sekelompok orang bertato dan membawa alat pukul, berada di depan kantor institusi ketika salah satu pengawal fatwa ditemani oleh para anggotanya menghadiri panggilan dari institusi tersebut.

Kalau begini, Hendak berlayar kemanakah kapal besar Indonesia kita?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar