Sabtu, 21 Mei 2016

Tangisan Anak Perempuan Sang Khalifah


Dikisahkan bahwa anak perempuan khalifah Umar bin Abdul Aziz masuk keruangan ayahnya sambil menangis. Ketika itu ia masih seorang gadis kecil. Waktu itu adalah hari raya. Lalu beliau bertanya: Apa yang membuatmu menangis?

Ia menjawab:

"Seluruh anak-anak memakai pakaian baru....Sementara aku anak seorang Khalifah memakai pakaian yang sudah usang.."

Umar tersentuh melihat tangisan anaknya. Kemudian beliau pergi menemui penjaga Baitul Mal, dan mengajukan permintaan kepadanya.

"Bolehkah aku mengambil gajiku bulan depan?"

Penjaga baitul mal bertanya:

"Kenapa wahai Amirul Mu'minin?"

Lalu ia menceritakan keadaan anaknya.

Penjaga Baitul Mal menjawab: Tidak ada masalah, tapi dengan satu syarat.

Umar bertanya: Apa syaratnya?

Penjaga baitul mal:

"Tuan bisa memberikan jaminan kepadaku bahwa tuan akan hidup sampai bulan depan, supaya bisa terus bertugas dan mendapatkan gaji yang ingin tuan ambil lebih dulu."

Umar langsung meninggalkannya dan kembali menemui anaknya.

Anaknya bertanya: "Apa yang sudah ayah lakukan..?"

Beliau menjawab: "Apakah kalian bisa bersabar dan kita masuk surga bersama-sama, atau kalian tidak bisa bersabar dan ayahmu masuk neraka?"

Mereka menjawab: "Kami akan sabar wahai ayahanda."

***
Sekiranya kita pada hari ini mempunyai tiga orang ini: penjaga Baitul Mal, Umar dan anak-anak Umar.

Jadilah seperti mereka pada posisimu masing-masing. Berkorbanlah dengan kehidupan yang fana untuk memperoleh kehidupan yang abadi.

Selama itu tidak halal bagimu. Maka jangan berusaha mendapatkannya dengan cara haram.

Ya Allah, cukupkanlah kami dengan rezekiMu yang halal dari yang haram.

(Disarikan dari ceramah seorang ustadz di mesjid)

*dari fb Ustadz Zulfi Akmal, Cairo

Suatu Malam Di Istambul

Sultan Murad IV Ghazi
Di dalam buku hariannya Sultan Turki Murad IV mengisahkan, bahwa pada suatu malam dia merasakan kekalutan yang sangat, dia ingin tahu apa penyebabnya. Maka diapun memanggil kepala pengawalnya dan memberitahu apa yang tengah dirasakannya.

Sultan berkata kepada kepala pengawal: "Mari kita keluar sejenak".

Di antara kebiasaan sang Sultan adalah melakukan blusukan di malam hari dengan cara  menyamar.
Mereka pun pergi, hingga tibalah mereka di sebuah lorong yang sempit. Tiba-tiba, mereka menemukan seorang laki-laki tergeletak di atas tanah. Sang Sultan menggerak-gerakkan lelaki itu, ternyata ia telah meninggal. Namun orang-orang yang lalu lalang di sekitarnya tak peduli sedikitpun.

Sultan pun memanggil mereka, mereka tak menyadari kalau orang tersebut adalah Sultan. Mereka bertanya: "Apa yang kau inginkan?.
Sultan menjawab: "Mengapa orang ini meninggal tapi tidak ada satu pun di antara kalian yang mau mengangkat jenazahnya? Siapa dia? Di mana keluarganya?"
Mereka berkata: "Orang ini Zindiq, suka menenggak minuman keras dan berzina".
Sultan menimpali: "Tapi..., bukankah ia termasuk umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam? Ayo angkat jenazahnya, kita bawa ke rumahnya".

Mereka lalu membawa jenazah laki-laki itu ke rumahnya. Melihat suaminya meninggal, sang istripun menangis. Orang-orang yang membawa jenazahnya langsung pergi, tinggallah sang Sultan dan kepala pengawalnya.

Dalam tangisnya sang istri berucap kepada jenazah suaminya: "Semoga Allah merahmatimu wahai wali Allah. Aku bersaksi bahwa engkau termasuk orang yang sholeh".

Mendengar ucapan itu Sultan Murad kaget. Bagaimana mungkin dia termasuk wali Allah sementara orang-orang membicarakan tentang dia begini dan begitu, sampai-sampai mereka tidak peduli dengan kematiannya".

Sang istri menjawab: "Sudah kuduga pasti akan begini..."
"Setiap malam suamiku keluar rumah pergi ke toko-toko minuman keras, dia membeli minuman keras dari para penjual sejauh yang ia mampu. Kemudian minuman-minuman itu dibawa ke rumah lalu ditumpahkannya ke dalam toilet, sambil berkata: "Aku telah meringankan dosa kaum muslimin".
"Dia juga selalu pergi menemui para pelacur, memberi mereka uang dan berkata: "Malam ini kalian sudah dalam bayaranku, jadi tutup pintu rumahmu sampai pagi".
"Kemudian ia pulang ke rumah, dan berkata kepadaku: "Alhamdulillah, malam ini aku telah meringankan dosa para pelacur itu dan pemuda-pemuda Islam".
" Orang-orangpun hanya menyaksikan bahwa ia selalu membeli khamar dan menemui pelacur, lalu mereka menuduhnya dengan berbagai tuduhan dan menjadikannya buah bibir."

Suatu kali aku pernah berkata kepada suamiku: "Kalau kamu mati nanti, tidak akan ada kaum muslimin yang mau memandikan jenazahmu, mensholatimu dan menguburkan jenazahmu".
Ia hanya tertawa, dan berkata: "Jangan takut, bila aku mati, aku akan disholati oleh Sultannya kaum muslimin, para Ulama dan para Auliya".

Maka, Sultan Murad pun menangis, dan berkata: "Benar! Demi Allah, akulah Sultan Murad dan besok pagi kita akan memandikannya, mensholatkannya dan menguburkannya".

Demikianlah, akhirnya prosesi penyelenggaraan jenazah laki-laki itu dihadiri oleh Sultan, para ulama, para masyaikh dan seluruh masyarakat.

(Kisah ini diceritakan kembali oleh Syaikh Al Musnid Hamid Akram Al Bukhory dari Mudzakkiraat Sultan Murad IV)

Wallahu a'lam bish shawwab. 

Saudaraku, Apa ikhtibar yang dapat kita ambil dari kisah ini ?? 
Jangan suka menilai orang lain dari sisi lahiriahnya saja. Atau menilainya berdasarkan ucapan orang lain. Terlalu banyak yang tidak kita ketahui tentang seseorang. Apalagi soal yang tersimpan di tepian paling jauh di dalam hatinya. Kedepankan prasangka baik terhadap saudaramu. Boleh jadi orang yang selama ini kita anggap sebagai calon penduduk neraka, ternyata penghuni Firdaus yang masih melangkah di bumi.

Jadi... , Jangan pernah menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya saja...