Minggu, 06 Maret 2016

Gerhana Matahari Dalam Perspektif Islam

Gerhana Matahari Total
Gerhana Matahari Total akan melintas di 12 provinsi di Indonesia pada 9 Maret. Indonesia merupakan negara satu-satunya yang dapat menikmati Gerhana Matahari Total.

Gerhana matahari merupakan peristiwa di mana posisi Bulan, Matahari dan Bumi sejajar dan berada pada garis lurus. Saat itu Bulan akan melintas diantara Matahari dan Bumi, untuk beberapa waktu cahaya Matahari ke Bumi akan terhalang bayangan Bulan. Ketika fase total itu terjadi bulan menutupi Matahari, akan tampak corona Matahari akan tampak seperti menjulur dari pinggir bagian yang ditutupi Bulan. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer. (wikipedia.org)

Lalu bagaimana kita sebagai umat Islam menyikapi peristiwa tersebut. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an :

"Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar & bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui." (Qs.Yunus  : 5)

Gerhana merupakan sebuah fenomena alam yang kerap terjadi pada masa kita. Kejadian ini jelas adalah sebuah tanda-tanda kebesaran Allah, untuk memberikan sebuah pelajaran penting kepada manusia agar mau kembali kepada Allah  dan bertaubat kepada-Nya.

Banyak masyarakat awam yang tidak paham bagaimana menghadapi fenomena alami ini. Banyak di antara mereka yang mengaitkan kejadian alam ini dengan mitos-mitos dan keyakinan khurofat yang menyelisihi aqidah yang benar. Di antaranya, ada yang meyakini bahwa di saat terjadinya gerhana, ada sesosok raksasa besar yang sedang berupaya menelan matahari sehingga wanita yang hamil disuruh bersembunyi di bawah tempat tidur dan masyarakat menumbuk lesung dan alu untuk mengusir raksasa.

Ada juga masyarakat yang meyakini bahwa bulan dan matahari adalah sepasang kekasih, sehingga apabila mereka berdekatan maka akan saling memadu kasih sehingga timbullah gerhana sebagai bentuk percintaan mereka.

Sebagian masyarakat seringkali mengaitkan peristiwa gerhana dengan kejadian-kejadian tertentu, seperti adanya kematian atau kelahiran, dan kepercayaan ini dipercaya secara turun temurun sekeyakinan umum masyarakat.

Kemudian Nabi  bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Tidaklah keduanya mengalami gerhana karena kematian seseorang atau karena lahirnya seseorang. Jika keduanya mengalami gerhana, maka berdoalah kepada Allah dan sholatlah hingga gerhana selesai..” (HR. Bukhari dan Muslim)

Gerhana matahari harus memberi nilai tambah dalam keimanan kita, bukan hanya menyaksikan, nobar dan sebagainya. Namun harus mampu menambah keimanan kita sebagaimana firman Allah:

“Orang-orang yang beriman itu adalah orang-orang yang apabila disebutkan nama Allah maka bergetarlah hati mereka. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka bertambahlah keimanan mereka. Dan mereka hanya bertawakal kepada Rabb mereka,” (QS. Al-Anfal: 2).

Semoga fenomena ini bukan ajang untuk selfi, mengukir album dan kesenangan lainnya. Tapi dengan kejadian ini mari kita ajak seluruh keluarga, anak didik di sekolah, pegawai di kantor dan tempat-tempat lainnya untuk bersama-sama takut kepada Allah, berdzikrir, berdo’a, bertakbir, sholat dan bersedekah. Wallahu a’lam.

Kamis, 03 Maret 2016

Pohon Yang Tumbuh Di Atas Langit


illustrasi pohon bidara
Sidratul Muntaha merupakan sebuah pohon bidara yang sangat tinggi, tumbuh di langit ke enam dan menjulang hingga langit ke tujuh. Di pohon ini lah Nabi Muhammad bertemu Allah SWT saat menjemput perintah shalat pada peristiwa Isra’ Mi’raj.

Konon pohon inilah yang menandai akhir dari langit dan menjadi penanda batas dimana makhluk tidak dapat melewatinya. Dinamakan sidratul muntaha (pohon puncak), karena ilmu malaikat puncaknya sampai di sini. Tidak ada yang bisa melewatinya, kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mengenai Sidratul Muntaha, banyak ulama yang menyodorkan berbagai pendapat. Hadist dari Ibnu Abbas (Radi Allah Anhu) mengatakan bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang Sidratul Muntaha.

Nabi Muhammad mendeskripsikan bagaimana perjalalannya ke Sidratul Muntaha yang ditemani oleh Malaikat Jibril. Ia menceritakan bagaimana keadaan Sidratul Muntaha namun tidak bisa menggambarkan keindahannya dengan rinci karena hanya Allah SWT yang maha tahu. Pandangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melebihi batas yang diizinkan. Ini menunjukkan bagaimana adab beliau saat menjadi tamu Allah SWT.

Di sana Nabi Muhammad melihat berbagai kejadian yang luar biasa. Beliau melihat surga, melihat neraka dan melihat kejadian gaib pada malam isra miraj. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

Ketika saya dimi’rajkan ke langit ke tujuh, saya diajak ke sidratul muntaha,… ketika pohon ini diliputi perintah Allah, dia berubah. Tidak ada seorangpun manusia yang mampu menggambarkannya, karena sangat indah. (HR. Abu Ya’la Al-Mushili 3450 dan dishahihkan Husain Salim Asad).
Nabi Muhammad SAW menggabarkan sekilas dalam beberapa hadist yang jika dirangkum menyebutkan bahwa Sidratul Muntaha adalah pohon yang terbuat dari emas seluruhnya. Beberapa dahan yang terbuat dari zamrud, ada juga yang dari ruby. Dari akarnya keluar dua sungai luar dan dua sungai dalam, Adapun dua yang dalam itu ada di surga sedangkan dua yang di luar itu adalah Nil dan Eufrat. Pohon ini mengukur jarak seratus lima puluh tahun perjalanan dari kaki ke puncaknya.

Nabi Muhammad SAW juga menggambarkan bahwa daun Sidratul Muntaha menyerupai telinga gajah, dan mereka sangat besar: Satu dahan saja dari mereka akan menutupi seluruh dunia. Buahnya berbentuk seperti kendi air. Seluruh pohon yang ditelan oleh cahaya. Pohon ini dikelilingi dan dipeluk oleh banyak malaikat di atasnya. Malaikat Jibra'il juga memiliki tempatnya pada cabang-cabang pohon ini, dan itu adalah cabang yang terbuat dari zamrud hijau

Selain itu, juga tersembur sebuah pegas di bawah pohon itu. Malaikat Jibril mengatakan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa pegas tersebut itu bernama Salsabil. Ini adalah sumber dari dua air, satu adalah Kawthar (Kelimpahan); yang lain adalah Rahma (rahmat). Kedua sungai mengalir sebelum gerbang Garden. Musim semi Salsabil adalah sumber dari perairan ini.

Dikatakan pula bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam telah melihat Allah yang berupa cahaya. Di Sidratul Muntaha ini Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mendapatkan perintah salat 5 waktu.

Dari beberapa hadist bisa menyimpulkan gambaran Sidratul Muntaha :
Sidratul muntaha bentuknya pohon, layaknya pohon bidara. Sama nama, namun beda hakekat.

Pohon ini berada di atas langit ketujuh. (Menurut kisah Isra Mi'raj)
Pohon ini sangat besar, hingga ketika penunggang kuda hendak melintasi bayang-bayangnya, dia membutuhkan waktu 100 tahun baru bisa sampai ke ujung.

Sidratul muntaha memiliki duan dan buah
Daun sidratul muntaha seperti telinga gajah, dan buahnya seperti kendi yang sangat besar.

Terdapat laron-laron dari emas di sana.
Diliputi dengan perintah Allah, hingga warnanya berubah.
Pohon sidratul muntaha sangat indah, hingga tidak ada manusia yang mampu menggambarkan keindahannya.

Di dekat sidratul muntaha terdapat surga
Deskripsi tentang Sidratul Muntaha dalam hadits-hadits tentang Isra Mi’raj tersebut hanyalah berupa gambaran (metafora) sebatas yang dapat diungkapkan kata-kata. Hakikatnya hanya Allah yang Maha Tahu. Ya Rab, berikan kami kekuatan istiqamah dan masukkan kami ke dalam surga-Mu dengan rahmat-Mu.